Beji (wartabromo.com) – Banyak pedagang menggelar lapak di kawasan pabrik di Pasuruan. Menariknya, mereka datang menjadi pedagang dadakan hanya pada tiap hari Senin.
Kondisi yang lumrah disebut sebagai pasar kaget/dadakan itu, salah satunya terpantau di jalanan depan pabrik PT Karunia Rejeki Abadi (Firavit), Dusun/Desa Gunung Gangsir, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.
Barang yang dijual pedagang pun bermacam-macam. Seperti baju, barang pecah belah, kebutuhan dapur, tas, hingga mainan anak. Seakan tak mau kalah, pedagang makanan juga berjejer rapi di sepanjang jalan tersebut.
Mulyadi (42), seorang pedagang pakaian mengungkapkan, dengan kendaraan roda empat yang dimiliki, ia sudah 7 tahun rela mengusung dagangannya ke tempat ini. Mulyadi menyebut sasaran lokasi berdagang itu sebagai Pasar Senin.
Ia kemudian memberikan penjelasan mengenai kenapa tempatnya berebut rezeki itu dinamai Pasar Senin. Dikatakannya, itu karena transaksi jual-beli ramai hanya terjadi pada hari Senin. Beragam pedagang, diakui kerap datang silih berganti, meluber di pinggir jalan.
“Karena kalau Senin ramai. Tiap hari ada yang jual, tapi nggak banyak,” tutur Mulyadi, Senin (1/7/2019).
Di sisi lain, meskipun kendaraan pabrik berlalu-lalang, sepertinya tidak menjadi penghambat masyarakat berbelanja di pasar dadakan depan pabrik ini.
Satu di antara pembeli di Pasar Senin itu adalah Eka Puspitasari (24), ibu rumah tangga asal Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol.
Baca: Dua Pekan, DBD Serang 1 Remaja dan 3 Anak di Cangkringmalang Beji
Menurutnya, berbelanja di tempat ini lebih ekonomis. Artinya, barang yang dijual lebih murah, malah dapat ditawar, sehingga Eka memutuskan memilih berbelanja di Pasar Senin. Lantaran hal inilah, pasar ini disebut Eka sebagai salah satu surganya tempat belanja, terutama bagi kaum perempuan.
“Awalnya tau Pasar Senin ini dari teman dan tetangga. Akhirnya, pas lewat selalu mampir,” ujarnya sembari memilih-milih baju.
Baca: Mengkhawatirkan, Tiap Hari Pemotor Terjatuh di Rel Perlintasan Cangkringmalang
Pasar Senin kini tidak diragukan keberadaannya. Berawal dari beberapa stan saja, sekarang malah memenuhi pinggiran jalan. Meskipun begitu, pedagang tidak mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, karena tetap berbagi untuk pembangunan Dusun Gunung Gangsir. (mg4/ono)