Probolinggo (wartabromo.com) – Dalam 10 malam terakhir Ramadan, masyarakat Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo menggelar tradisi Likuran, Rabu (29/5/2019) malam. Aneka kesenian lokal ditampilkan untuk memikat warga. Festival ini diharapkan mampu menjadi wisata budaya di lereng Pegunungan Argopuro.
Riuh suara warga Kecamatan Krucil pecah saat iring-iringan musik patrol melintas jalan raya setempat. Peserta sendiri di lepas dari pertigaan Bermi menuju lapangan kecamatan setempat. Mereka memainkan perpaduan seni musik etnik tradisional ‘Okol’ dan ‘kenong Telok’ dengan tempo cepat dan rancak. Kombinasi antara suara kentrung, kenong, gamelan serta suara drum plastik yang menjadi penuntun ketukannya mampu menghasilkan harmoni musik yang khas.
Tembang yang mereka bawakan pun kebanyakan tembang tradisional Jawa Timur – an. Juga pembacaan sholawat sebagai ciri khas Islam. Irama musik pengantar sahur ini, begitu memukau warga desa. Bersama penabuh alat patrol, juga ada warga yang membagikan makanan ringan.
“Alat musik kenong telok sendiri merupakan warisan leluhur kita semasa perjuangan Sunan Kalijogo, dimana kata ‘telok’ yang berarti tiga disini mempunyai filosofi keislaman yang bermakna Islam, Iman dan Iksan. Tiga hal ini diharapkan dimiliki oleh setiap insan muslim,” ungkap Sugiono, panitia penyelenggara.
Tak hanya pertunjukan musik patrol dan berbagi makanan, gelaran likuran ini juga menampilkan kostum karnaval. Kostum-kostum karnaval ini, merupakan kreasi warga setempat. Juga aneka kereta hias dengan aneka wujud yang penuh kelap-kelip lampu hias.
“Minimal kami telah meneruskan tanggung jawab untuk melestarikan seni budaya lokal ini, kami harap seni budaya ini kedepannya lebih dikenal luas sebagai salah satu kekayaan seni budaya Kabupaten Probolinggo,” kata pemilik sanggar El-Gibran ini.
Kegiatan tahunan ini, diharapkan menjadi ajang bagi para pemuda dalam mengekpresikan diri melalui seni musik dan budaya. Serta mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi warga sekitar. Sebab ramainya masyarakat yang memadati sepanjang jalan juga menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang kaki lima.
“Festival ini merupakan wahana motivasi bagi kami untuk menggali lebih jauh lagi budaya – budaya lain yang berkembang di masyarakat. Sehingga harapan kami, festival ini juga akan menjadi pendongkrak kunjungan wisata. Pada tahun mendatang, ada peningkatan kualitas agar mampu menarik minat wisatawan,” kata Camat Krucil, Febrya Ilham. (cho/saw)