Bisnis penggemukan domba cukup menggiurkan saat ini. Di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, 10 Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) kompak bersama-sama bergerak di bidang penggemukan domba.
Laporan : Muhamad Choirul Efendi
SAATÂ ini, ada sekitar 1.400 ekor domba atau 140 ekor per BUMDES yang diternak. Masing-masih BUMDES mendapatkan domba bakalan setelah penyertaan modal dari pemerintah desa menggunakan dana desa (DD), masing-masing BUMDES. Ada yang jadi satu kandang, ada yang dua kandang.
Domba bakalan yang diterima BUMDES berasal dari Koperasi Hidup Makmur Sejahtera Desa Wonogoro, Kecamatan Lumbang. Tak hanya domba, kandang, pakan dan obat-obatan yang diperlukan selama tiga bulan, juga dipasok koperasi ini. Domba itu dihargai Rp 27 ribu/kilogram bobot hidup. Saat datang, bobot hidup setiap bakalan domba ditimbang terlebih dulu. Angka reratanya 14 kilogram.
Kemudian pada bulan kedua, bobot hidup setiap domba kembali ditimbang, untuk mengetahui perkembangan bobotnya. Begitu pula pada bulan ketiga, saat akan panen. Dalam kurun waktu sebulan, perkembangan bobot hidup setiap domba beragam. Ada yang bertambah 3,4 kilogram, 3,5 kilogram, bahkan ada yang sampai 6 kilogram. Selisih bobot hidup domba ini, menjadi laba bagi peternak atau BUMDES.
Pola bisnis ini, membuat modal BUMDES yang berkisar antara Rp 135 juga sampai Rp 150 juta, diperkirakan bisa kembali dalam kurun waktu dua kali panen atau 2×3 bulan. Semua domba yang dipanen ditampung oleh Koperasi Hidup Makmur Sejahtera. Sehingga BUMDES tak perlu memikirkan pemasarannya. Domba-domba ini, oleh koperasi dikirim ke luar daerah.
“Ide usaha penggemukan domba ini bermula di tahun 2017. Saat itu, para pelaku ekonomi di Kecamatan Lumbang diundang dan dipertemukan dengan berbagai pihak terkait. Lewat forum itu, muncul ide dari BUMDES untuk bergerak di bidang penggemukan domba,” tutur Camat Lumbang, Bambang Heri Wahjudi.
Pria yang akrab dipanggil Yudi ini, menuturkan pihaknya mengandeng instansi terkait. Yakni Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan) Pemkab Probolinggo untuk mengontrol ternak. Serta melibatkan Dinas Koperasi dan UMKM, juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) untuk bimbingan manajemen dan pengembangan usaha.
“Usaha penggemukan domba oleh BUMDES dengan dampingan koperasi dan instansi terkait ini, bukan semata soal bisnis. Melainkan juga sebagai pembelajaran kepada masyarakat setempat, cara beternak secara modern,” kata Yudi.
Contohnya untuk urusan pakan misalnya, cukup 50 persen dari bobot domba. Bukan sebanyak-sebanyaknya, seperti pada peternakan tradisional. Pakan juga cukup diberikan dua kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00 dan 12.00 WIB.
“Hal lainnya yang diajarkan, yaitu memotong kuku domba. Soal vaksin, vitamin, pengobatan dan lain-lainnya. Hal ini, tidak dilakukan pada peternakan tradisional yang selama ini dijalankan warga,” ungkap pria yang juga peternak domba ini.
Sacara terpisah, Kepala Desa Lumbang, Kecamatan Lumbang, Asmun mengatakan, usaha penggemukan domba oleh BUMDES Maju Jaya di desanya, sudah bisa dinikmati oleh masyarakat setempat.
“Masyarakat bisa mengerti cara-cara memelihara. Pemberian vaksin, vitamin, pengobatan mata dan lain-lainnya,” kata Asmun.
Karena itu, banyak masyarakat yang meminta agar dilibatkan dalam usaha ini. Mereka juga meminta agar usaha ini diperluas, untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Misalnya, diperluas ke usaha pembibitan bakalan.
“Sudah banyak usulan dari masyarakat. Ini masih kami kaji bersama. Misalnya usaha pembibitan, yang bisa mengurangi biaya pengadaan domba bakalan,” ujar Asmun.