Siapa yang tak kenal abon? Ada abon sapi dan abon ayam. Makanan khas Indonesia ini, banyak disukai oleh semua kalangan. Tahukah anda jika di Kabupaten Probolinggo, ada abon jenis baru yaitu abon kluwih. Rasanya pun lezat, gurih dan bergizi tinggi, serta mempunyai nilai ekonomis tinggi, tak kalah dengan abon sapi atau abon ayam.
Laporan : Muhamad Choirul Efendi
KLUWIH bukan buah yang asing bagi masyarakat. Buah ini, mirip sukun atau nangka. Harganya pun cukup murah. Di wilayah Kabupaten Probolinggo, utamanya etnis Madura, sayuran ini disebut ‘Kolor’. Daging buah kluwih muda enak dimasak sebagai sayur, sedangkan bijinya enak dinikmati dengan cara direbus.
Di tangan Sunniati (41), warga Desa Karangpranti, Kecamatan Pajarakan, buah kluwih dijadikan sebagai abon. Dengan kreativitasnya, kini kluwih dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat abon. Awalnya ia mencoba dengan mengupas 10 buah kluwih. Cara membuat abon kluwih ini cukup sederhana. Kluwih hanya perlu dikukus, kemudian disuwir-suwir dan dicampurkan pada bumbu yang sudah diracik. Namun sebelum itu, untuk menghilangkan rasa getir direndam terlebih dahulu pada air kapur dan garam.
“Awalnya saya sendiri tidak langsung membuat abon kluwih. Melainkan abon ayam dan sapi. Waktu itu belum dijual, hanya dikonsumsi keluarga, terutama anak saya yang doyan makan abon. Belum kepikiran untuk menjualnya seperti saat ini. Selama ini kluwih identik dimasak sebagai sayuran atau camilan. Maka kami mencoba mengangkat nilai jual kluwih dengan mengolahnya sebagai abon,” ujar wanita tamatan SMP ini,
Wanita yang akrab dipanggil Hajah Sun itu menuturkan, dirinya mulai eksis menjual abon sekitar 3 tahun lalu. Abon ayam dan sapi yang dijualnya pun tak banyak, hanya mengandalkan penjualan di sekitar kampungnya. Di tahun 2016, ia kemudian mencoba mengembangkan varian abonnya. Yang dipilihnya bukan dari daging, melainkan dari buah kluwih. Sebab, buah ini mudah ditemukan dan harganya murah.
Namun saat itu, meski menjadi abon, ternyata rasanya belum mantap. Sehingga ia kemudian melakukan percobaan-percobaan untuk menghasilkan citarasa terbaik. Kini tak kurang dari 150 buah kluwih dalam sehari habis bertransformasi menjadi abon nan gurih. Dari 150 buah mentah itu, sebanyak 100 bungkus dengan ukuran 100 gram berhasil diproduksi.
“Kluwih yang telah disuwir tadi dicampurkan dengan bumbu dan santan lalu direbus sampai santan habis. Kemudian suwiran kluwih berbumbu tadi digoreng. Setelah matang suwiran kluwih dikeringkan dengan cara disangrai. Setelah itu abon kluwih siap disajikan atau dikemas,” terang Hajah Sun.
Dengan dibantu oleh Muhamad Nurul Fatoni, anaknya, ia mengibarkan bendera ‘Abon Hj. Sun’. Selain abon kluwih, juga ada abon ayam dan abon sapi. Pemasarannya kini sudah sampai di luar Jawa melalui penjualan berbasis online. Omsetnya mampu mencapai Rp. 25 juta per bulan. Home industry inipun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15 orang, yang merupakan tetangga sekitar.
“Selain keluarga sendiri, kami juga merekrut tetangga sebagai tenaga kerja. Ada yang full time ada juga yang paruh waktu atau panggilan. Terutama ketika pesanan ektra dari agen di Malang dan Surabaya,” ungkap istri dari Abdul Haq Assuadi ini.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik pada Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo) Kabupaten Probolinggo, Andjar Noermala, mengatakan dukungan dari Pemkab terhadap pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), cukup besar. Misalnya pada bidangnya, yakni dengan membantu membuatkan video dan foto promosi.