Probolinggo (wartabromo.com) – Anggota Komisi XI DPR RI, Mukhammad Misbakhun memastikan tak ada penerapan kenaikan harga BBM, dalam waktu dekat ini. Posisi keuangan Indonesia disebut masih kuat, meski sempat digoyang pelemahan rupiah.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika saat ini terus menguat. Kondisi itu, oleh Misbakhun dinilai baiknya kinerja pemerintah. Pria asal Pasuruan ini mengungkapkan, kondisi fiskal saat ini juga terbilang positif, seiring penerapan sistem moneter yang lebih terbuka. Lebih-lebih, cadangan devisa lebih kuat dalam iklim politik lebih demokratis.
Dijelaskan, pelemahan rupiah pada dolar amerika terjadi secara bertahap dengan margin yang tak terlalu besar, kisaran 9%. Sehingga sangat berbeda dengan tahun 1998 lalu. Pada 20 tahun silam, rupiah langsung anjlok saat menghadapi dolar. Jika awalnya hanya di kisaran Rp 3 ribu, saat krisis moneter, nilai tukar meroket menjadi Rp 15 ribu per dolar.
“Situasi 1998 dengan 2018 ini jauh berbeda. Kalau jaman itu, rupiah kan ditetapkan dengan angka tertentu. Jadi, jangan membandingkan situasi kenaikan rupiah sekarang dengan tahun 1998. Dulu kenaikkan langsung, sekarang bertahap,” jelas Misbakhun, Minggu (16/9/2018).
Dilanjutkannya, langkah-langkah Bank Indonesia bersama lembaga otoritas lain, membuat rupiah kembali menguat. Indikatornya adalah inflasi yang terkendali atau tidak adanya kenaikan harga bahan pokok secara siginifikan.
Saat ini rupiah berada di kisaran Rp 14.835 per dolar Amerika. Kurs rupiah ini, cenderung menguat dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Dengan penguatan itu, Misbakhun meminta masyarakat, tidak resah. Apalagi melemahnya nilai tukar rupiah tak mengerek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
“Dolar bisa bergejolak, tetapi yang utama kebutuhan pangan masyarakat di lapangan tetap terjaga. Ketersediaannya (BBM) ada. Masyarakat tidak perlu resah, tidak perlu khawatir, pemerintahan Bapak Jokowi menjamin tidak ada kenaikan harga BBM,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Pandangan dan sikap tersebut sekaligus menjawab, isu kenaikan BBM, yang selama ini seakan-akan terus dikembangkan, dengan mengait-ngaitkan kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika. (saw/saw)