Menjadi perajin anyaman bambu adalah passion sejak kecil. Warisan dari orang tua yang kini menjadi penguat nafkah sampai kemudian tak salah bila Desa Siyar bisa disebut “Desa Anyaman”.
Laporan: Emil Akbar
TAK banyak tahu, Desa Siyar, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan ternyata daerah penghasil anyaman bambu. Hasil kerajinan tangan mulai dari tempat tisu, buah, ikan, kap lampu, piring makan, hingga saringan kopi dan hantaran lamaran (untuk pernikahan), berasal dari desa ini.
Ya, hampir semua warganya mencari nafkah dengan menganyam, mungkin tak salah kalau Desa Siyar bisa disebut “Desa Anyaman”. Bagaimana tidak, ketika masuk ke 4 dusun yang ada di Desa Siyar (Dusun Krajan, Kangkungan, Legok dan Dusun Dandang), pemandangan yang muncul adalah kesibukan warga, menyulap bambu menjadi kreasi barang yang bernilai jual tinggi.
Salah satunya adalah Toyib (32), warga RT 04 RW 04 Dusun Krajan yang sudah puluhan tahun menjadi perajin anyaman. Ditemui disela-sela kesibukannya, Jumat (20/07/2018), Toyib meladeni diskusi sembari menganyam tempat nasi pesanan dari Pengusaha Turki dan Korea.
Ia menceritakan, menjadi perajin adalah passion dirinya sejak kecil. Kedua orang tuanya mewariskan ilmu menganyam padanya, sekaligus menjadi pemasar seluruh hasil anyaman yang dibuat olehnya.
“Sebelum saya lahir, Bapak dan Ibu sudah punya usaha menganyam ini, dibantu seluruh tetangga,” terangnya.
Sekarang, Toyib jadi bos dari tetangga yang membantunya membuat tempat tisu dan lainnya. Kata dia, ada sekitar 20 orang dipekerjakan dengan aktifitas berbeda. Mulai dari mencari bambu, memotong dengan ukuran sesuai pesanan, menganyam, membakar anyaman melalui pengasapan hingga finishing, yakni membentuk anyaman sesuai pesanan.
Dalam sehari, Toyib bisa membuat puluhan hingga ratusan anyaman beragam bentuk dengan harga yang juga bervariasi.
Untuk tempat nasi dijual dengan harga Rp 10 ribu per buah, tempat tisu Rp 15 ribu, tempat ikan siap saji Rp 20 ribu, tempat buah Rp 25 ribu, piring makan Rp 7 ribu, saringan kopi Rp 7 ribu, dan hantaran lamaran Rp 20 ribu.
Seluruh harga terbilang murah, sehingga pesanannya pun membludak sampai ke seluruh wilayah tanah air, plus negara di Timur Tengah dan Korea.
“Kalau untuk yang ke luar negeri mintanya 1 kontainer yang berisi 2 ribu hasil anyaman. Semuanya tempat nasi dan ikan siap saji,” ucap Toyib.
Dengan banyaknya pesanan hingga ke luar negeri, Toyib bisa meraup keuntungan bersih antara Rp 7 juta-Rp 10 juta. Keuntungan tersebut untuk selanjutnya dipakai sebagai modal dalam mengembangkan usaha anyaman bambunya.
“Sangat bersyukur karena keuntungannya bisa saya tabung, dan sebagian lagi untuk membeli bahan pembuatan, yakni bambu. Pengennya beli alat sirat (untuk memotong bambu sesuai ukuran yang dipesan), tapi belum bisa. Mudah-mudahan ada bantuan dari Pemerintah,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Siyar, Abdullah menjelaskan, jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Siyar sebanyak 800 KK, sedangkan jumlah KK yang berjibaku dengan aktifitas menganyam mencapai 200 KK.
“Selain menganyam, desa kami juga banyak yang menjadi perajin kopyah, bordir dan pembuat baju jubah. Tapi paling banyak memang jadi penganyam, karena hampir semua rumah disibukkan dengan kegiatan menganyam,” singkatnya. (*)