Parpol Hilang Akal

1035

 

Jika daerah lain sudah banyak bertebaran gambar calon jauh-jauh hari, di “Bumi Para Gus” ini, praktis hanya ada gambar Gus Irsyad.

Oleh : Aryo Sabrang

ANTIKLIMAKS. Begitu kira-kira ungkapan yang paling pas untuk merepresentasikan gelaran pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Pasuruan Juni 2018 mendatang.

Betapa tidak, diluar perkiraan, prosesi pilkada yang jamak diwarnai gegap gempita antar pasangan calon, kini justru sepi mamring lantaran hanya ada satu pasangan calon yang mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat. Yakni, HM. Irsyad Yusuf-KH. Mujib Imron (ADJIB).

Ini tentu menarik dicermati. Sebab, pertama dalam sejarah Pilkada Kabupaten Pasuruan hanya diikuti satu pasangan calon. Sebelumnya, lebih dari tiga pasangan calon ikut meramaikan. Bahkan, saat pilkada 2008 silam, ada empat pasangan calon. Termasuk dari jalur independen.

Bagi loyalis Gus Irsyad -sapaan akrab HM. Irsyad Yusuf-, inilah prestasi paling membanggakan di antara deretan prestasi yang pernah dicapai sang figur. Munculnya ADJIB sebagai satu-satunya pasangan calon menjadi bukti bahwa keduanya paling dikehendaki sebagai pasangan bupati-wakil bupati mendatang.

Sah memang. Apalagi, kenyataannya, hingga hari terakhir pendaftaran di KPU, tidak ada pasangan lain yang mendaftar. Partai Demokrat, satu-satunya partai yang sejak awal berkehendak mengusung Riang Kulup Prayuda, pada akhirnya harus melabuhkan dukungan ke ADJIB.

Akan tetapi, secara kritis, munculnya ADJIB sebagai satu-satunya pasangan calon harus menjadi evaluasi bagi kalangan parpol. Sebab, ketidakmampuan parpol mengusung figur menjadi bukti gagalnya partai dalam melakukan kaderisasi.

Tanda-tanda bahwa Pilkada Kabupaten Pasuruan tidak akan seramai dulu sejatinya sudah bisa dirasakan sebelumnya. Jika daerah lain sudah banyak bertebaran gambar calon jauh-jauh hari, di “Bumi Para Gus” ini, praktis hanya ada gambar Gus Irsyad.

Nama sejumlah tokoh memang sempat berseliweran. Tapi, tetap saja. Tidak ada yang secara tegas dan terang-terangan maju sebagai penantang sang incumbent.

Sederet nama seperti Udik Djanuantoro (Ketua DPD Golkar), Andri Wahyudi (Ketua DPC PDIP), Joko Cahyono (Ketua DPD NasDem), Eddy Paripurna (Wakil Ketua DPD PDIP Jatim), dan beberapa nama lain sempat bermunculan. Akan tetapi, tak satupun dari mereka yang hadir sebagai penantang. Sebaliknya, semua berharap mendapat tuah dengan digandeng Gus Irsyad untuk maju.

Tetapi, nyatanya tidak. Ibarat di bank, cek kosong yang mereka pegang tak pernah ditandatangani oleh Gus Irsyad. Jadilah lembar berharga itu tak pernah bisa dicairkan karena Gus Irsyad lebih memilih memberikan tanda tangannya ke Gus Mujib.

Tidak ada yang salah memang dengan Pilkada meski hanya diikuti satu pasangan calon. Sudah ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang melegalkannya. Namun, beberapa hal yang juga dilihat secara kritis. Terutama, menyangkut peran lembaga dewan ke depan. Jika kemudian semua parpol di parlemen bermufakat mengusung, hal itu berarti tidak ada cacat yang pada akhirnya melatari parpol untuk memunculkan opsi lain.

Dengan rapatnya barisan parlemen terhadap incumbent, sangat diragukan jika nalar kritis lembaga dewan terjaga dengan baik. Sebaliknya, keseragaman sikap antara eksekutif-legislatif justru akan memunculkan sikap baru yang cenderung kolutif dan koruptif. (“)

 

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.