Sukapura (wartabromo.com) – Elemen lintas agama di Kecamatan Sukapura menggelar buka puasa bersama melibatkan puluhan anak yatim, piatu dan dhuafa di Kantor Camat Sukapura, Senin (12/6/2017). Kegiatan ini dikatakan sebagai salah satu upaya merawat kebhinekaan maupun keragaman sosial yang berkembang harmonis di tengah masyarakat.
Semua elemen lintas agama di wilayah pegunungan Tengger turut hadir, baik umat Kristiani, Katolik dan dari Hindu Tengger.
Sebelum buka puasa bersama, umat Muslim pun mengadakan doa bersama dengan pembacaan Al-Quran dan berdoa untuk persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.
Tokoh umat muslim, Kiai Mahsan menyatakan, sedari awal kehidupan beragama di wilayah Sukapura penuh toleransi. Kebersamaan dalam berbuka dengan anak Yatim, Piatu dan Duafa ini, hanyalah sebagian kecil dari apa yang bisa dilakukan untuk hubungan harmonis antara umat beragama di Indonesia.
“Sejak kakek nenek saya toleransi itu sudah ada. Kami saling mengundang ketika ada kegiatan keagamaan yang sifatnya bukan ritual atau inti peribadahan. Meski berbeda agama dan keyakinan, namun yang menyatukan kami adalah sebagai suku Tengger,” tutur pria yang juga suriah MWC NU Kecamatan Sukapura ini.
Sementara itu, tokoh masyarakat Suku Tengger Supoyo, menyatakan Suku Tengger merupakan miniatur Indonesia dalam kehidupan beragama.
Toleransi sudah terpupuk sejak dahulu kala, sehingga perbedaan agama tidak menjadi hal yang perlu dipertentangkan. Ini juga bagian dari amalan ajaran Hindu yang meyakini Tri Hita Karana, yakni manusia dengan sesamanya, manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan Alam.
“Kita harus tahu dan memaknai hubungan antar manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia. Kita mengundang semua elemen, baik muslim, kristen dan hindu untuk makan bersama. Ini salah satu cara untuk menghormati umat muslim yang tengah menjalankan ibadahnya.” terangnya.
Camat Sukapura Yulius Christian, menuturkan bahwa ketika berbicara tentang Indonesia, ialah berbicara tentang Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Sukapura merupakan estalase dari toleransi umat beragama. Jadi kita bersama-sama berbuka dengan teman-teman muslim, hindu dan kristen,” ungkap penganut agama kristen ini. (cho/saw)