Kraksaan (wartabromo.com) – Cuaca yang tak menentu membuat harga garam rakyat melambung tinggi. Kini harga jual garam di tingkat petambak di Kabupaten Probolinggo pada Mei 2017 mencapai Rp 3.000 per kilogram.
Harga itu mengalami kenaikan sebesar Rp. 500 per kilogram dibanding satu bulan sebelumnya, yang masih di kisaran Rp 2.500 per kilogram.
“Harga itu terus mengalami kenaikan. Awal tahun 2017 ini sekitar Rp 2.000 – Rp 2.500 per kilogram. Untuk bulan Mei ini ada yang Rp 3.000 per kilogram di tingkat petambak, tetapi garam sudah ada di truck dan tinggal angkut saja,” kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar, Rabu (17/5/2017).
Ia menjelaskan, pada tahun 2016 lalu produksi garam petani di Kabupaten Probolinggo mencapai sekitar 25 ribu ton. Jumlah ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 26.111 ton.
Penurunan itu terjadi seiring cuaca ekstrem La Nina atau musim kemarau basah. Akibat La Nina, rata-rata produksi garam tahun 2016 lalu hanya sekitar 5-20 ton per hektare setiap periode panen. Padahal, pada kondisi normal, produksinya bisa mencapai 60-70 ton per hektare.
“Persediaan garam yang sedikit membuat harga jual garam semakin tinggi. Bahkan sekarang sudah tidak ada garam krosok di tingkat petambak. Karena saat panen terakhir 2016 lalu, petambak menjual garam secara besar-besaran ke tengkulak,” ujarnya.
Saat ini, petambak garam baru memulai membudidaya antara April atau Mei 2017 dan rangkaian panen akan usai antara September-November 2017 mendatang. Jika produksi garam lokal normal, dikatakan, otomatis nantinya akan terjadi penurunan harga jual.
Seperti yang diakui Abdul Latif, petambak garam asal Desa Sidopekso, Kecamatan Kraksaan, yang sudah memulai budidaya sejak April 2017 lalu. Dia memiliki lahan sekitar 3 hektar dan setiap hektarnya terdiri dari dua-tiga petak lahan.
“Dari proses pengaliran air laut ke sebuah petak lahan, butuh waktu antara 5-10 hari untuk siap dipanen. Semakin panas cuaca, maka semakin cepat jadi garam. Ya semoga harganya tetap tinggi seperti saat ini,” terangnya. (saw/saw)