Pasuruan (wartabromo) – Pencak Silat Kuntu Mancilan adalah seni bela diri asli Pasuruan yang sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda. Hingga kini, Pencak Kuntu Mancilan terus mengukir prestasi di tengah keterbatasan. Para pendekar dan guru Kuntu terus berjuang menjaga warisan budaya meski harus ditebus dengan kerja keras.
Para pesilat menghidupi Kuntu dengan jerih payah dan keringat sendiri. Membangun padepokan sendiri, berlatih di lahan-lahan kosong tanpa berharap memiliki lapangan khusus untuk latihan. “Patungan” menjadi kata ajaib setiap kali mereka membutuhkan biaya untuk suatu kegiatan, membeli peralatan dan keperluan lainnya.
Dalam keterbatasan tersebut, bukan berarti Silat Kuntu gersang prestasi. Berbagai prestasi diraih para pesilat Kuntu baik tingkat regional maupun nasional.
Di dunia persilatan, pendekar Kuntu disegani lawan-lawannya, namun di ‘rumah’ sendiri, Silat Kuntu terasing dan terabaikan. Tidak mendapat perhatian semestinya dari pemerintah yang punya kewajiban menjaga Kuntu sebagai warisan budaya.
Pencak Silat Kuntu didirikan oleh Mbah Hasan Wiroi pada tahun 1817 (!). Mbah Hasan Wiroi merupakan keturunan Mbah Slagah yang jika dirunut garis keturunannya sampai ke Sultan Hasanudin hingga Sunan Gunung Jati.
Pada masa itu, para pendekar digembleng bela diri dan tenaga dalam untuk memberikan perlawanan pada penjajah. Sebuah padepokan silat didirikan di Dusun Mancilan, Purworejo, Pasuruan sebagai tempat berlatihnya para pendekar. Karena itu, silat Kuntu juga dikenal dengan sebutan Pencak Mancilan.
Saat Mbah Hasan Wiro’i meninggal, kepemimpinan Silat Kuntu diteruskan oleh Mbah Abdur Rahman dan kemudian dilanjutkan oleh Mbah Abdul Fakih sepeninggal Abdur Rahman. Saat Abdul Fakih wafat, kedudukannya sebagai pemimpin Pencak Silat Kuntu Mancilan diberikan kepada anaknya Khotib dan anggota keluarga bernama Khoiriyah.
Sejak dipimpin Khotib, Perguruan Silat Kuntu Mancilan dikenal luas. Perguruan ini bertambah kuat serta banyak anak didik dari berbagai daerah yang berguru disana, mulai dari anak-anak dari bangku taman kanak-kanak hingga para remaja. Mereka sangat antusias dalam mempelajari ilmu beladiri tersebut.
“Silat Kuntu terbagi dalam tiga bagian yakni pencak olah raga, pencak seni dan tenaga dalam,” kata pemimpin pedepokan Pencak Silat Kuntu Mancilan, Khotib, berbincang dengan wartabromo.com di rumahnya, beberapa waktu lalu.
Pencak olah raga biasanya untuk pertandingan atau duel yang biasanya diikutkan dalam kejuaraan pencak silat. Pencak seni biasa dilakukan untuk pertunjukan yang biasanya diiringi dengan musik yang menurut Khotib bermuasal dari Imam Ghozali. Sementara tenaga dalam merupakan olah pernafasan yang biasanya diajarkan pada murid-murid dengan syarat-syarat tertentu.
“Pertunjukkannya biasanya menginjak pecahan gelas, memegang bondet lalu diledakkan hingga atraksi kebal senjata tajam,” kata Khotib.
Pesilat Kuntu, kata Khotib, sering mengikuti kejuaraan silat diberbagai daerah. Beberapa kali pendekar Kuntu menyabet juara dan beberapa pendekarnya juga dipercaya menjadi pelatih di Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia dan melatih di Pelatnas Pencak Silat. (fyd/fyd)