Pasuruan (wartabromo) – Beberapa tahun lalu Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian berhasil mengembangakan varietas mangga baru. Namanya indah: garifta. Mangga rupawan ini dimaksudkan untuk mendobrak pangsa pasar luar negeri. Apa kabar mangga garifta?
Varietas garifta dikembangkan di Balai Penelitian Hortikultura di Desa Cukur Gondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, yang merupakan pusat pembibitan mangga nasional. Balai ini mengembangkan empat jenis garifta sekaligus, yakni garifta merah, garifta kuning, garifta orange, dan garifta gading.
Selaras dengan namanya, mangga garifta tergolong mangga rupawan. Warna kulit mangga ini juga lebih cantik dari mangga kebanyakan. Wartabromo yang sempat meliput launching garifta ini di Balai Hortikultura Cukur Gondang, sempat mencicipi rasanya. Beda dengan mangga yang sudah ada, mangga garifta berasa manis, ada masam-masamnya.
Setelah berhasil dikembangkan, UPT Pengembangan Benih Hortikultura Dinas Pertanian Jawa Timur di Pasuruan, diberi tugas mengembangbiakkan mangga garifta. Sebagai ahlinya pembibitan mangga, UPT ini pun berhasil mengembangkan sedikitnya 20 ribu bibit mangga garifta.
“Di sini hanya membantu pengembangan bibit. Pada tahun 2011, kami menerima 10 pohon mangga dan berhasil dikembangkan menjadi 20.000 bibit siap tanam,” kata Kepala UPT Pengembangan Benih Hortikultura Dinas Pertanian Jawa Timur di Pasuruan, Siswandi, beberapa waktu lalu.
Siswandi mengiyakan garifta merupakan program dari Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian yang dimaksudkan untuk pasar luar negeri karena buah Indonesia, khususnya mangga, sangat sulit menembus pasar internasional. Dengan tampilan mangga garifta yang menarik, optimisme tersebut tumbuh.
“Mangga ini arahnya untuk ekspor, terutama ke Singapura. Masyarakat kita kurang menyukai rasanya,” terangnya. “Mangga garifta memiliki rasa yang manis dan agak masam,” imbuhya.
Siswandi mengatakan UPT-nya sudah menjual bibit mangga ke sejumlah daerah di Jawa Timur diantaranya Banyuwangi dan Situbondo dan luar pulau. Ia berharap, mangga garifta yang ditanam petani mampu tubuh baik dan berbuah.
“Butuh sekitar 4-5 tahun untuk berbuah setelah ditanam,” jelasnya.
Karena tujuannya untuk ekspor, Siswandi berharap Kementerian Pertanian mendukung petani mangga garifta, terutama pasca panen dan dalam hal mengekspor produknya.
Sementara Kepala Seksi Sarana Prasarana UPT Pengembangan Benih Hortikultura, Hari Susilo, mengatakan nasib mangga garifta tidak menentu. Para petani yang menanamnya belum mengetahui hasil dari pohon yang mereka tanam karena sebagian besar belum masanya berbuah. Karena itu UPT yang dikelolanya tidak berani melakukan pembibitan mangga ini dalam jumlah besar.
“Kalau di Cukur Gondang karena memang awal penanamannya di sana memang sudah pernah berbuah. Di sini juga sempat ada yang berbuah, tapi milik petani saya kira belum banyak,” jelasnya.
Hari mengatakan, sebenarnya mangga yang selama ini sudah dibudidayakan masyarakat terutama arumanis dan manalagi sangat layak untuk diekspor. Yang dibutuhkan hanyalah menjaga kualitasnya, mengemas dengan baik dan tidak kalah penting, bantuan dari pemerintah terkait kemudahan ekspor.
“Apalagi kemarin kan mangga Pasuruan sudah mendapat sertifikat internasional, yang berarti sudah bisa diterima di mancanegara,” pungkas Hari. (fyd/fyd)