Jejak Laskar Hizbullah di Bumi Pasuruan (1)

3582

Pasuruan (WartaBromo.com) – Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dibacakan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945. Butuh perjuangan keras dari seluruh elemen Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI tersebut.

Di antara elemen Bangsa Indonesia yang berjuang ikut merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI itu, termasuk kalangan Nahdliyin yang tergabung dalam Laskar Hizbullah (Pasukan Allah). Laskar Hizbullah didirikan oleh KH Wahab Chasbullah, salah satu ulama pendiri Nahdlatul Ulama. Selanjutnya Laskar Hizbullah ikut serta mengangkat dan memanggul senjata melawan penjajah.
KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Chasbullah serta para ulama NU, terus membangun kesadaran  dan membangkitkan serta menggelorakan semangat warga Nahdliyin untuk merebut kemerdekaan RI. Hal itu dilakukan saat penjajah Belanda masih bercokol di bumi pertiwi, sebelum terusir oleh Tentara Jepang (Nippon) pada 1942.

Kegiatan-kegiatan dakwah, pengajian-pengajian dan kegiatan bersholawat, menjadi sarana efektif bagi para alim ulama untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya Kemerdekaan RI. Dan pada saat Belanda masih bercokol, perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat masih belum sistematis, sehingga kurang efektif.

Namun kedatangan Jepang yang menggantikan Belanda, memberikan pelajaran yang berarti bagi masyarakat, untuk bangkit. Masyarakat akhirnya menghimpun diri dalam berbagai wadah perjuangan dan berlatih keterampilan untuk bangkit dan bertempur.

Dari berbagai rujukan buku sejarah perjuangan, seperti karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Noto Susanto), latihan kemiliteran diawali dari Jepang yang bersiap menghadapi Perang Pasific, melawan negara-negara sekutu. Jepang berkeinginan mendapat bantuan dari rakyat Indonesia, yang saat itu diakuinya sebagai saudara muda.

Keinginan itu disampaikan kepada masyarakat dan disambut dengan berdirinya laskar-laskar rakyat di seluruh penjuru tanah air. Di antara laskar yang terbentuk adalah Laskar Hizbullah, yang semata-mata bukan untuk menuruti keinginan Jepang, tapi juga untuk merebut Kemerdekaan RI yang sesungguhnya dengan menyiapkan fisik masyarakat yang prima.

Dari laskar-laskar yang terbentuk, Penjajah Jepang akhirnya berhasil membentuk pasukan yang dipilih dari masyarakat. Pasukan itulah yang selanjutnya dikenal dengan Pasukan Pembela Tanah Air (Peta).

Meski Peta telah terbentuk, rakyat Indonesia tetap mempersiapkan diri untuk merebut Kemerdekaan RI. Laskar-laskar yang ada, terutama Laskar Hizbullah dari warga Nahdliyin justru semakin berkembang dengan cepatnya.

Bahkan Lazkar Hizbullah yang didirikan KH Wahab Chasbullah dan dikomandani oleh KH Zainul Arifin, dengan cepat tersebar di seluruh daerah di Pulau Jawa dan Madura serta beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan.

Dengan jumlah pasukan yang sangat besar, Laskar Hizbullah yang terbentuk, menggelar latihan kemiliteran sendiri di tempat yang berbeda. Berbekan semangat dan tekad yang kuat, serta selalu memohon restu Allah SWT, keterampilan Laskar Hizbullah semakin maju.

Tidak ketinggalan, Lazkar Hisbullah juga terbentuk di Pasuruan dan konon merupakan salah satu pasukan yang besar. Karena Pasuruan termasuk daerah yang memiliki peran ekonomi sangat penting bagi Belanda dengan keberadaan belasan pabrik gula (PG).

“Yang saya ketahui, jumlah personil dari Pasukan Hizbullah Pasuruan cukup banyak. Saya mengetahuinya, karena Komandan Pasukan Hizbullah saat itu adalah paman saya, KH Sya’dullah,” kata KH Abdullah Syaukat Siradj.

Laskar Hizbullah dan pasukan pejuang lainnya yang terbentuk, ternyata justru melucuti dan memaksa Jepang menyerah. Posisi Jepang yang lemah setelah serangan sekutu yang menjatuhkan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, dimanfaatkan dengan baik oleh para pejuang di tanah air.

Jepang yang kebingungan karena kalah dari sekutu, tidak mampu melawan pejuang yang jumlahnya sangat besar dengan tekad membara. Kemerdekaan RI akhirnya berhasil direbut oleh pejuang dan atas nama Bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta membacakan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Namun, Proklamasi Kemerdekaan RI tersebut justru akan dikoyak kembali oleh Belanda berkedok Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang datang dengan membonceng tentara sekutu. Dari titik itu, timbullah pertempuran 10 Nopember 1945 dan berlanjut dengan pertempuran gerilya karena agresi pertama dan kedua dari Belanda.

Warta Bromo memang tidak menemukan pelaku sejarah dari Pejuang Laskar Hizbullah Pasuruan yang masih hidup. Sudah berupaya menelusurinya, tapi yang didapat hanya keluarga dari pejuang itu, seperti KH Abdullah Syaukat Siradj, salah satu Majelis Keluarga, Pontren Sidogiri, Kabupaten Pasuruan.

Dari KH Abdullah diperoleh informasi, wilayah pergerakan Laskar Hizbullah Pasuruan, di bagian Barat bermarkas di Desa Baujeng, Kecamatan Beji. Di Pasuruan Tengah bersentral di Sidogiri dan di bagian Timur di Kematan Winongan.

Di Baujeng, Laskar Hizbullah terdiri dari dua pasukan, yakni pasukan yang dipimpin Ihdar dan pasukan yang dipimpin Malik. Dan yang bergabung dengan KH Sya’dullah adalah pasukan yang dipimpin Ihdar. Selanjutnya bermarkas di Desa Baujeng, kediaman KH Sya’roni atau Bindoro Sya’.

“Kalau pasukan yang di Winongan, yang saya ketahui ada Abd Muin dan Abd Samad yang keduanya berdomisili di sekitar Pasar Winongan, serta KH Abdullah Pengasuh Pondok Alfalah Lebak. Ketiga sentral itu (Baujeng, Sidogiri dan Winongan), terus berkomunikasi dan berkoordinasi,” imbuh KH Abdullah.

Dari penuturan Moh Hasyim (70) warga Winongan Lor, putra Abd Samad dan menantu Abd Muin, membenarkan jika Winongan dan Rejoso serta daerah di Pasuruan Bagian Timur menjadi salah satu sentral perjuangan Laskar Hizbullah.

“Saat itu, seseorang yang sudah dianggap cukup umur dan dewasa, pasti langsung bergabung dengan pejuang. Karena Kabupaten Pasuruan memang basis Nadliyin, bisa dipastikan mereka yang berjuang itu adalah Hizbullah,” kata Moh Hasyim saat ditemui Warmo di rumahnya.

Moh Hasyim juga menyampaikan, selain tiga sentral tersebut, juga masih terdapat satu sentral lagi, yakni di Kota Pasuruan.

“Yang saya tahu, salah satu pemimpinnya adalah Imam Jembrak. Yang jelas jumlah personil pasukannya sangat banyak. Karena pada jaman itu, jumlah orang Belanda juga banyak, karena keberadaan pabrik-pabrik gula (PG) serta pusat penelitiannya,” terang Moh Hasyim.

Selain banyaknya pabrik gula yang tersebar di Kabupaten Pasuruan, sekitar 17 pabrik gula, tidak heran jika Belanda mendirikan pusat penelitian. Lokasi penelitian yang didirikan pada 1835 dan bernama Proef Station Oost Van Java (Proeft). Saat ini telah berganti nama menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), di Jl Pahlawan, Kota Pasuruan.
Sejumlah pejuang dari Laskar Hizbullah yang diketahui adalah KH Machmud, ayahanda Mantan Bupati Pasuruan Jusbakir Aljufrie, Moh Mahfudz, bertempat tinggal di Jl KH Wahid Hasyim Utara Hotel Pasuruan, Abd Latief ayahanda Roem Latief, Budayawan, M Khasir, Putra KH Abdurrochim, Dimyati Badriono dan lainnya lagi.

“Pelakunya memang sudah banyak yang meninggal dunia, termasuk ayah saya, Abd Latief. Yang masih saya ingat, salah satu pejuang Hizbullah adalah Pak Moh Mahfudz itu,” kata Roem Latief.

Pengakuan itu juga disampaikan M Cholili, Putra M Khasir dan Cucu KH Abdrurrohim, penggagas Hadrah Ishari asal Kelurahan Kebonsari Kota Pasuruan.

“Ayah saya memang pejuang dan salah satu anggota Lazkar Hizbullah di Pasuruan bersama sejumlah orang lainnya,” ujar M Cholili.

Saat masih hidup, para pejuang dari Laskar Hizbullah di Kota Pasuruan, mereka intens menjalin komunikasi dan bersilaturahmi, berkunjung saling mendatangi secara bergantian. Silaturahmi di antara mereka semakin intens, jika lokasi tempat mereka berdomisili cukup dekat.

Seperti yang diingat Warta Bromo sekitar 25 hingga 30 tahun yang lalu, Moh Mahfudz dan Dimyati Badriono serta M Khasir yang rumahnya berdekatan dalam satu kelurahan. Sering kali bergantian untuk berkunjung.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.