Banyuanyar (wartabromo) – Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, memastikan jamaah haji asal Probolinggo yang meninggal dalam tragedi Mina bertambah 2 orang menjadi 7 jamaah. Saat kabar itu disampaikan, pihak keluarga menolak percaya sebelum ada bukti secara medis keluarganya meninggal.
Penolakan itu terungkap saat rombongan Kemenag Kabupaten Probolinggo mengunjungi pihak keluarga untuk menyampaikan berita duka.
Saat berada di rumah Ali Wafa Abdul Halim di Desa Liprak Kulon Kecamatan Banyuanyar, Kemeng menyampaikan bahwa Ali Wafa Abdul Halim dan Mujayana binti Tahir, istrinya, dinyatakan telah meninggal dunia dalam tragedi Mina. Namun kabar itu ditolak keluarga.
Muhamad Abdul Rasid, putra kedua Ali Wafa, menolak pernyataan itu dan meminta kepada Kemenag agar memberikan bukti-bukti otentik. Yakni berupa foto korban saat dikafani atau saat jasad tersebut berada di rumah sakit, juga berupa keterangan kematian secara resmi dari ototiras yang berwenang.
“Selama kami belum menerima bukti-bukti tersebut, kami tetap menganggap orang tua kami masih hidup. Jangan hanya berdasarkan keterangan lewat media sosial, SMS atau telepon saja,” ujar Muhamad.
Menurut Muhamad, sebagai warga negara asing, tentunya saat terjadi kematian pasti ada dokumen resmi. “Saat teman saya meninggal di Malaysia, mereka memfoto dan memberikan keterangan resmi tentang kematian kawan saya itu,” tuturnya.
Plt Kepala Kemenag Ato’illah, menuturkan keterangan resmi tentang kematian korban tentunya akan diberikan, namun butuh waktu. Apalagi, yang menjadi korban tragedi Mina berjumlah ratusan dan saat ini semua pihak masih sibuk.
“Kewajiban kami adalah menyampaikan berita yang sudah dipastikan oleh Kemenag Pusat. Kalau masih menunggu surat resmi, tentu akan memakan waktu yang lama. Kalau terlalu lama menunggu, nanti kami yang disalahkan karena telah memberitahukan,” jelas Ato’illah.
Baca juga: Jamaah Haji Probolinggo yang Meninggal di Tragedi Mina Menjadi 7 Orang
Keraguan juga disampaikan keluarga Tasmuji Agung Seputro, ketua rombongan yang sempat hilang kontak pasca tragedi Mina. Saat diberitahu bahwa Tasmuji termasuk korban meninggal dalam tragedi lempar jumroh itu, keluarganya tidak bisa percaya.
“Kami belum yakin bahwa bapak telah meninggal dunia. Karena sebelumnya ia dikabarkan turut mencari korban yang lain,” ujar anak korban Yunus Bahtiar, di rumahnya Desa Tambak Rejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo.
Meski pihak keluarga masih ragu, rumah Tasmuji sudah ramai dikunjungi petakziyah setelah ada kabar kematian kepala SDN Tongas Kulon, Kecamatan Tongas, tersebut. (saw/fyd)