Sinau Jurnalistik di Bulan Ramadan: Merawat Literasi, Menanam Harapan

3

Ramadan kali ini terasa berbeda, bukan hanya lantunan ayat suci dan aroma takjil yang menghangatkan suasana, tapi juga semangat belajar dalam kegiatan Sinau Jurnalistik yang digelar Sabtu (15/3/2025). Sebuah kolaborasi yang menghadirkan ruang belajar jurnalistik bernuansa Ramadan.

Dengan mengusung tema “Peran Jurnalis Milenial dalam Membangun Masyarakat Informatif”, acara ini jadi magnet bagi para kader muda NU yang ingin mendalami dunia jurnalistik di era digital.

Oleh: Sundari Adi Wardhana, Probolinggo

Sabtu sore itu, Jalan Hasan Aminuddin di Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, tampak lebih hidup dari biasanya. Di tengah langit yang mulai menguning dan aroma takjil yang menyeruak dari sudut-sudut kampung, sekelompok anak muda duduk melingkar, serius menyimak sosok bersarung yang berbicara dengan logat khas Probolinggo.

Dialah Sundari Adi Wardhana, atau akrab disapa Kang Nisun, wartawan senior di Probolinggo. Hari itu, ia datang bukan sekadar berbagi ilmu jurnalistik, tapi juga menyalakan bara semangat dalam diri para jurnalis muda Nahdlatul Ulama.

“Ingat,” katanya sembari menatap peserta satu per satu, “kalian ini bukan hanya generasi rebahan yang menikmati informasi. Kalian adalah pembentuk opini publik masa depan. Jangan anggap remeh tulisan kalian—ia bisa menyembuhkan, bisa juga melukai.”

Kalimat itu menggema dalam benak para peserta Sinau Jurnalistik, sebuah pelatihan jurnalistik yang jadi bagian dari Tadarus Ramadan, program unggulan antara komunitas budaya Roma Sondhuk, Tera’ Bulen, Yayasan Mukti Palapa Nusantara dan PC IPNU-IPPNU Kraksaan. Ramadan ini bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tapi juga tentang menyerap ilmu dan menebar cahaya di tengah kegelapan informasi.

Belajar Menulis, Belajar Bertanggung Jawab
Pelatihan ini tidak digelar di ruang kelas ber-AC atau gedung bertingkat. Tapi di sebuah pelataran sederhana, beralaskan ubin tua dan ditemani semilir angin sore. Di sana, para peserta belajar cara menyusun lead berita, memverifikasi informasi, hingga memahami etika jurnalistik di tengah era banjir hoaks.

Tak ada yang memaksa mereka datang. Tak ada sertifikat berbingkai emas atau uang saku. Tapi semangat belajar itu tumbuh karena kesadaran: bahwa literasi adalah senjata, dan menulis adalah bentuk jihad intelektual.

“Kami ingin kader IPNU dan IPPNU bisa menjadi agen perubahan,” ujar Wahyu Alfandi Putra, Ketua PC IPNU Kraksaan. “Mereka harus mampu menyaring informasi, bukan menelan mentah-mentah. Harus bisa menulis, bukan hanya membagikan ulang kabar yang belum tentu benar.”

Komariah Banowati, Ketua PC IPPNU Kraksaan, berharap kader IPNU-IPPNU mampu menjadi wajah baru NU yang cakap dalam menyuarakan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah melalui media. NU, menurutnya, butuh jurnalis muda yang kritis, tapi tetap menulis dengan hati.

“Calon pemimpin masa depan NU ini, perlu dibekali kemampuan menulis yang santun, informatif, dan mampu menangkal hoaks yang merusak tatanan sosial. Anak muda sekarang jangan cuma jadi penikmat informasi, tapi harus jadi penggerak opini publik yang berintegritas.,” tegasnya.

Tadarus Ramadan: Ruang Aman untuk Belajar
Sinau Jurnalistik hanyalah satu dari sekian kegiatan dalam Tadarus Ramadan. Program ini digagas sebagai ruang edukasi alternatif, di mana diskusi tidak dikuasai oleh satu suara, dan tanya-jawab berlangsung dalam suasana kekeluargaan.

Ada tiga sesi utama dalam kegiatan ini: Bedah Tokoh, yang menelusuri jejak para pemikir besar seperti KH. Hasyim Asy’ari dan Pramoedya Ananta Toer; Bedah Pemikiran, yang menggali ide-ide yang membentuk peradaban; serta Sesi Tematik dan Pendidikan, yang membahas isu aktual dari berbagai perspektif.

“Kami ingin Ramadan jadi momen untuk menyegarkan intelektual, bukan hanya spiritual,” ujar Abdul Hannan, panitia dari Roma Sondhuk. “Ramadan ini bukan hanya tentang tarawih dan tadarus, tapi juga tentang berpikir dan bergerak.”

Program ini berlangsung tiga kali seminggu—Sabtu, Selasa, dan Kamis—dan diakhiri dengan santunan anak yatim menjelang Lebaran. Semua dilakukan secara sukarela, tanpa pungutan biaya.

Sebuah Harapan Ditanam
Di tengah sorotan media arus utama yang sering melupakan kampung-kampung kecil, inisiatif seperti ini terasa seperti embun di padang gersang. Ia tidak ramai diberitakan, tapi diam-diam menumbuhkan harapan.

Sebagai alumni IPNU, Kang Nisun menekankan bahwa kader muda NU harus siap menjadi wajah baru media Islam yang cerdas, damai, dan membangun.

“Mereka adalah masa depan NU. Kecakapan literasi digital adalah bekal penting untuk berdakwah dan menjaga nilai-nilai Aswaja di tengah derasnya arus informasi,” tandas Kepala Biro WartaBromo.com area Probolinggo tersebut.

Di bawah langit Ramadan yang lembut, pelajar Kraksaan menulis. Bukan hanya tentang fakta, tapi tentang cinta kepada kebenaran. Bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk mengubah.

Dan siapa tahu, dari lantai sederhana di Sidomukti ini, akan lahir jurnalis-jurnalis masa depan yang tidak hanya piawai merangkai kata, tapi juga setia menjaga nurani bangsa.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.