Probolinggo (WartaBromo.com) – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Probolinggo pada Senin (10/3/2025) sore mengakibatkan banjir besar di sejumlah wilayah. Tak hanya merendam rumah warga di sembilan desa dari tiga kecamatan, banjir juga merusak lahan pertanian yang sedang memasuki masa panen.
Di tengah harapan petani untuk meraup hasil panen jelang Ramadan dan Lebaran, datanglah bencana yang membawa air bah ke hamparan sawah.
Di Desa Brani Wetan, Kecamatan Maron, sekitar 2,7 hektare sawah terendam. Mayoritas padi yang terdampak sudah berisi, dan siap panen dalam beberapa minggu ke depan.
Amin, salah satu petani, hanya bisa pasrah melihat kondisi sawahnya. Meski padinya masih bisa dipanen, kualitasnya menurun akibat terendam banjir.
“Memang masih bisa dipanen, tapi tengkulak pasti akan menurunkan harga karena gabahnya rusak. Ini jelas merugikan kami,” ujarnya, Jumat (14/3/2025).
Arief Kurniadi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo menyebutkan bahwa di Desa Brani Wetan, kondisi padi sudah berisi karena jadwal panennya memang akhir Maret atau awal April.
Sementara itu, di Desa Opo-Opo, Kecamatan Krejengan, sekitar 0,2 hektare sawah mengalami kerusakan karena batang padi roboh diterjang air. Meski belum bisa dipastikan apakah tanaman tersebut masih bisa dipanen, harapan petani tetap ada.
“Sebagian besar tanaman yang terdampak banjir sudah mendekati masa panen. Meski beberapa batang padi roboh, sebagian besar masih bisa dipanen,” jelas Arief.
Namun, tidak semua wilayah mengalami dampak yang parah. Di beberapa desa di Kecamatan Krejengan, air banjir cepat surut sehingga kerusakan di lahan pertanian bisa dibilang minimal.
Sayangnya, tahun ini tidak ada program asuransi pertanian yang bisa melindungi para petani dari risiko gagal panen. Pemerintah pusat belum mengalokasikan dana untuk asuransi pertanian padi melalui APBN.
“Kalau ada asuransi, setidaknya kerugian bisa diminimalisir. Tapi sekarang, petani harus menanggung semuanya sendiri,” lanjut Arief.
Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo, R. Oemar Sjarief, mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memantau kondisi di lapangan serta menyusun langkah mitigasi.
“Kami akan terus pantau dan siap melakukan langkah-langkah bantuan jika situasi memburuk,” tegas Oemar.
Dengan tidak adanya perlindungan asuransi dan harga jual yang menurun, banjir kali ini menjadi pukulan berat bagi petani yang berharap hasil panen dapat menyambung hidup di bulan Ramadan dan menyambut Idul Fitri. (aly/saw)