Probolinggo (WartaBromo.com) – Hanya berselang dua hari setelah harga LPG 3 kilogram atau LPG melon dinaikkan, pedagang di Pujasera Alun-Alun Kota Probolinggo mulai merasakan dampaknya. Penurunan jumlah pembeli karena harga makanan yang ikut melonjak membuat beberapa pedagang memilih menutup usaha mereka sementara waktu.
Kenaikan harga ini memicu peningkatan biaya operasional, sehingga harga jual makanan pun naik. Harga secangkir kopi yang sebelumnya Rp4.000 kini mencapai Rp5.000. Tak heran, pelanggan banyak yang berpikir ulang untuk kembali.
Selain beban harga, stok LPG 3 kg juga semakin sulit didapatkan. Pedagang mengeluhkan persediaan terbatas di toko kelontong. Untuk membeli di agen resmi pun, syarat tambahan seperti membawa KTP menjadi tantangan tersendiri.
Meski demikian, ada pedagang yang memilih mempertahankan harga demi menjaga pelanggan tetap datang. “Kalau harga dinaikkan, pembeli kabur. Tapi modal sekarang makin besar karena bahan baku juga ikut naik,” ungkap Wulandari, seorang penjual bakso.
Kondisi ini membuat para pedagang terjepit. Nimron, penjual soto, mengaku semakin bingung menghadapi situasi. “Cari LPG susah, harga terus naik, pembeli malah makin sepi. Kami benar-benar kebingungan,” ujarnya.
Menanggapi keluhan ini, Dinas Koperasi Kota Probolinggo menyatakan tidak ada kelangkaan LPG. Kepala Dinas Koperasi, Fitriawati, menjelaskan kuota LPG 3 kg memang dibatasi, yaitu hanya 10% yang tersedia di toko kelontong. Ia mengimbau masyarakat membeli di pangkalan resmi untuk mendapatkan harga eceran tertinggi (HET) Rp18.000 per tabung.
“Kalau membeli di luar pangkalan, harganya pasti lebih mahal dari HET,” tegasnya.
Kebijakan kenaikan harga LPG 3 kg yang merupakan keputusan pemerintah pusat ini telah menambah beban para pedagang kecil di Probolinggo. Banyak yang berharap pemerintah segera memberikan solusi agar usaha kecil dapat terus bertahan di tengah situasi yang sulit ini. (lai/saw)
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda.
Klik disini.
