Laporan: Akhmad Romadoni
Di tengah teriknya musim kemarau yang melanda, Suparlin (52), seorang petani di Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan, justru mendapatkan berkah panen melimpah. Kebun jeruk Siam miliknya mampu menghasilkan buah secara berkelanjutan, tak kenal musim. Hal ini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi Suparlin dan keluarganya.
Suparlin memulai perjalanan bertani jeruk sekitar tiga tahun lalu. Awalnya, ia menanam padi di tanah gemburnya. Namun, karena sering terendam banjir, ia kemudian beralih ke pohon sengon. Tak disangka, pohon sengon tumbang karena sumber air bawah tanah yang melimpah.
“Awalnya ini sawah, terus gagal, akhirnya pindah ke pohon sengon, tapi gagal lagi karena tumbang. Itu karena tanahnya ini banyak airnya,” kata Suparlin saat ditemui wartabromo.com di kebun jeruk miliknya di Dusun Regek, Desa Sambirejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan, Jumat (5/7/2024) sore.
Kejadian tersebut justru membuka peluang baru bagi Suparlin. Ia memutuskan untuk menanam jeruk Siam sebagai uji coba. “Uji coba tanah jeruk ini ternyata berhasil,” tutur Suparlin.
Berkat sistem drainase yang baik di kebunnya, air tidak menggenang dan cepat surut saat hujan deras. Di bawah terik matahari, bunga jeruk kembali bersemi dan menghasilkan buah baru. “Airnya melimpah, drainase dibuat bagus agar air terus mengalir,” paparnya.
Jeruk Siam, yang dikenal sebagai tanaman buah dengan masa panen dua kali dalam setahun, mampu dimanfaatkan oleh ayah dua anak ini menjadi penghasilan berkelanjutan bagi keluarga.
Kegigihan dan keuletan Suparlin dalam bertani jeruk Siam membuahkan hasil. Kebunnya kini menghasilkan panen secara berkelanjutan, tak kenal musim.
“Panen ini terus berlanjut, tak kenal musim. Teman saya di Malang biasanya panen dua kali setahun tergantung musim kemarau,” jelas Suparlin.
Memiliki 700 pohon jeruk, pria dengan tinggi 160 sentimeter ini terus bersemangat bertani jeruk Siam di tanah dengan aliran air melimpah. Per kilogram, jeruk Siam miliknya dijual dengan harga Rp 6000.
“Kalau mau ambil, setiap hari ada terus. Kadang seminggu bisa menghasilkan dua kwintal jeruk,” ujarnya.
Setiap hari, Suparlin dibantu istrinya, Sumiati, untuk memanen jeruk. Hasil panen ini tak hanya dijual di pasar tradisional Pasuruan, tetapi juga diolah menjadi berbagai minuman segar yang dijual di lapak bakso milik mereka.
“Saya punya lapak penjualan bakso, kadang saya ambil untuk minuman,” terang Sumiati.
Kisah Suparlin menjadi inspirasi bagi para petani lain di Pasuruan untuk berani mencoba hal baru dan memanfaatkan potensi alam dengan bijak. Salah satu petani yang terinspirasi adalah Arya, petani jeruk Siam di desa yang sama.
“Saya terinspirasi dengan kegigihan Pak Suparlin,” kata Arya. “Saya ingin belajar dari beliau bagaimana cara bertani jeruk Siam yang baik dan benar agar panennya bisa melimpah seperti beliau.”
Pasangan suami istri ini berencana mengembangkan kebun jeruk Siam mereka menjadi agrowisata petik jeruk. Beberapa faktor yang mendukung rencana ini adalah akses jalan yang mudah dijangkau dan pemandangan yang indah di tengah hamparan sawah yang luas dan dikelilingi oleh pegunungan.
Mereka juga berharap dapat meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, serta memberikan edukasi tentang budidaya jeruk Siam dan manfaatnya bagi kesehatan.
“Pengennya lebih besar dan menjadi agrowisata,” tutur Suparlin.