Probolinggo (WartaBromo.com) – Pemkab Probolinggo mengklaim angka kemiskinan ekstrem turun hingga 85 persen, bahkan ada kecamatan yang turun hampir 100 persen. Program Gesek Ekstrem menjadi salah satu penyebab penurunan tersebut.
Beberapa waktu lalu, Pemkab Probolinggo melakukan pemutakhiran data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE). Pemutakhiran telah dilakukan oleh desa/kelurahan di 24 kecamatan dengan hasil menggembirakan.
Dimana terjadi penurunan 84,97 persen dari sebelumnya pada 2023 sekitar 35 ribu jiwa. Artinya pada tahun ini, tersisa warga miskin ekstrem sekitar 1.700 jiwa.
“Dari 24 kecamatan, penurunan tertinggi terjadi di Kecamatan Tegalsiwalan sebesar 99,61 persen. sebut Kepala Bapelitbangda Kabupaten Probolinggo M. Sjaiful Efendi, Senin (22/4/2024).
Dalam 2 tahun terakhir angka kemiskinan ekstrem terus mengalami penurunan. Pada tahun lalu, mengalami penurunan sebesar 0,9 persen dari sebelumnya. Dari angka tahun 2022 sebesar 3,18 menjadi 2,28 persen di tahun 2023.
Sjaiful mengklaim jika penurunan angka tersebut tak lepas dari program yang masih digelar. Salah satunya program Gerakan Serentak Eselon Peduli Kemiskinan Ekstrem (Gesek Ekstrem), sesuai Instruksi Bupati Probolinggo Nomor 1 Tahun 2024.
Di sisi lain, angka kemiskinan reguler pada tahun 2023 mengalami peningkatan 0,7 persen dari tahun 2022 sebesar 17,12 persen atau 203.230 jiwa menjadi 17,19 persen atau 205.020 jiwa di tahun 2023.
Karena itu, Kabupaten Probolinggo belum mampu keluar dari Top Five terbawah angka kemiskinan di Jawa Timur. Bersama beberapa kabupaten di Pulau Madura dan Tapal Kuda masih berkutat di lingkaran kemiskinan akut.
Dari data Badan Pusat Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo angka kemiskinan pada tahun 2019 sebesar 17,78 persen. Di tahun 2020 mengalami kenaikan, sebesar 18,61 persen. Pada 2021 kembali naik hingga 18,91 persen.
Angka kemiskinan kemudian turun di tahun 2022, sebesar 17,12 persen. Hingga pada tahun 2023 mengalami kenaikan sedikit pada angka 17,19 persen atau 0,07 persen
“Angka kemiskinan dilihat dari pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan,” kata Statistisi Ahli Muda BPS Kabupaten Probolinggo Rahmadanie Sapta Irevanie.
Garis kemiskinan di Kabupaten Probolinggo sejumlah Rp 514.274 per kapita per bulan pada 2023. Angka itu bertambah sebesar Rp 38.561,00 per kapita per bulan atau meningkat sebesar 8,11 persen, bila dibandingkan kondisi bulan Maret 2022 yang sebesar Rp 475.713,00.
“Jika pengeluaran per kapita berada di bawah jumlah itu, maka mereka dianggap hidup dalam kondisi kemiskinan,” ungkap Irva, sapaan akrabnya.
Kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi menjadi salah satu penyebab naiknya angka kemiskinan. Selain itu bagi yang berada di daerah pelosok mengalami konsumsi masyarakat yang rendah, karena akses jalan yang susah untuk dilalui.
“Untuk bisa mengurangi angka kemiskinan, pemda memudahkan akses daerah pelosok di Kabupaten Probolinggo. Dengan mudahnya akses yang dilalui nantinya bisa menstabilkan mobilitas masyarakat,” harapnya. (saw)