Kejayan (wartabromo) – Para petani cabe merah besar di Pasuruan mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Akibat sulitnya pupuk, hasil panen menurun hingga 20 persen.
“Ya otomatis produktifitas cabe menurun karena kurang pupuk,” kata Ikhwan Kusuma, salah seorang petani cabe merah besar di Desa Sladi, Kecamatan Kejayan, Kamis (12/6/2014).
Ihwan menyatakan jika pupuk lancar biasanya tanaman cabe bisa tumbuh setinggi 1 meter lebih. Namun akibat pemberian pupuka yang terlambat, tanaman menjadi kerdil, dengan tingga sekitar 50 sentimeter.
Selain kerdil, hasil panen juga tidak dapat maksimal. Setiap pohon kita kehilangan 20%, biasanya satu pohon bisa menghasilkan 1 kg, sekarang hanya 8 ons.
Menurut ayah satu orang anak ini, kelangkaan pupuk di desanya sudah terjadi sekitar tiga bulan yang lalu. Untuk menyiasatinya ia membuat pupuk organik sehingga kerugian yang disebabkan langkannya pupuk subsidi dapat diminimalisir.
“Untung masih kami buat pupuk organik jadi tak terlalu merugi,” jelasnya.
Pria lulusan Universits Brawijaya ini mengatakan, selain langka, pupuk subsidi juga dijual dengan harga yang tidak wajar. 1 sak berisi 50 kg pupuk bersubsidi yang seharusnya dijual dengan harga Rp 90 ribu, harganya bisa naik menjadi Rp 140 ribu – Rp 160 ribu.
Seharusnya pemerintah setempat melakukan pendataan lahan milik petani. Berapa luas lahan pertanian atau perkebunan yang dimiliki, dan diberikan kartu kendali agar jatah pupuk bersubsidi sesuai dengan lahan yang dimiliki.
“Tidak seperti sekarang ini, siapa yang cepat dia yang dapat,” ungkapnya. (fyd/fyd)