Laporan : Akhmad Romadoni
BERTEMPAT di Dusun Serambi, Desa Winongan Kidul, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, bangunan masjid itu terlihat kokoh di tengah pemukiman warga. Padahal, usianya lebih dari 200 tahun.
Tidak mengherankan, masjid yang bisa menampung hingga seribu jamaah itu disebut-sebut sebagai salah satu masjid tertua di Kabupaten Pasuruan.
Kendati demikian, tidak ada yang mengetahui persis kapan masjid dengan ornamen mayoritas hijau tersebut dibangun. Namun, diperkirakan tahun 1801 Masehi. Itu berarti sudah lebih dari dua abad.
Saat mengunjungi masjid itu, media ini bertemu dengan salah satu pengurus masjid. Yakni Abdul Rochim (68), ia adalah sekertaris Masjid Jami’ Baitul Atiq. Ia sudah melakoni aktivitas sebagai penjaga masjid sejak puluhan tahun lalu. “Monggo ada yang bisa dibantu,” ucap Rochim sambil mempersilakan duduk di area Masjid yang luas tersebut pada Senin (3/4/2023) lalu.
Rochim menceritakan sejarah masjid tersebut. Kendati sudah direnovasi total, beberapa peninggalan lama seperti kendi atau gentong, hingga mimbar dengan ukiran kaligrafi masih dirawat dengan baik.“Saya cuma dari mulut ke mulut, dari pengurus-pengurus sebelumnya. Tapi juga ada bukti atau benda peninggalan jika Masjid ini sudah berusia ratusan tahun,” katanya.
Rochim tidak menemukan literatur atau dokumen yang menjadi tujuan klaim itu. Namun, konon awalnya ukuran masjid ini 18 x 25 meter. Namun, saat renovasi pada 2000 lalu, diperluas menjadi 25 x 25 meter.
Rochim bilang, ada beberapa bagian masjid yang direnovasi kala itu. Seperti kubah dan beberapa bagian lainnya agar dapat menampung jamaah lebih banyak. “Bayangkan saja, seluruh warga di desa yang berasa di Kecamatan Winongan dulu kalau jum’atan semuanya kesini,” jelasnya.
Dikatakan Rochim, klaim sebagai masjid tertua itu juga dibuktikan dengan adanya makam Habib Sholeh Semendi yang berada di Winongan yang keberadaannya juga lebih dari seratusan tahun. Mbah Sholeh sendiri merupakan ayah dari Mbah Sakarudin, yang merupakan ayah dari Mbah Slagah di Kota Pasuruan.
Bukti lain akan usia masjid juga bisa ditelisik dari angka yang tertilis pada kaligrafi di atas imam masjid. Yakni, pada 1216 Hijriah, atau 216 tahun silam.“Mungkin sebelum ukiran itu dibuat sudah ada masjid ini menurut saya itu renovasi pertama, ” katanya.
Masjid Jami’ Baitul Atiq ini, juga ada Gentong atau kendi. Gentong yang merupakan wadah air untuk minum, diyakini sebagai kubah pertama di masjid itu. Saat renovasi, gentong tersebut berada di atas kubah.
“Dulu kendi ini dipasang di atas kubah masjid,” tandas Rochim. Di gentong tersebut terdapat tulisan berhuruf China. Tulisan di gentong oleh warga dulu sempat ditanyakan ke orang China di Winongan, karena warga penasaran arti dari tulisan itu.
Tetapi tulisan itu merupakan tulisan China kuno sehingga susah difahami.Oleh remaja masjid, sambung Rokhim, tulisan itu dicari artinya di google. Akhirnya diketahui bahwa gentong atau kendi itu ada pada zaman Dinasti Qing, dinasti yang berkuasa di China pada tahun 1636 hingga 1911.Seperti lazimnya di masjid lain, pada Ramadan kali ini, masjid ini juga banyak menggelar kegiatan keagamaan. Seperti tadarus, pengajian hingga majelis di malam-malam ramadhan nanti.
“Tradisi Ramadan ini tetap kita jaga, apalagi Ramadhan ini. Kalau malam 21 itu ada majelis besar, tetap dilestarikan sejak jaman KH. Abdul Hamid Pasuruan,” terangnya. (yog/asd)