Modal Nekat, Pria Ini Sukses Budidaya Benih Nila hingga Punya 220 Kolam

603

Laporan : Akhmad Romadoni

DIDAMPINGI beberapa karyawannya, Adi Nugroho terlihat sibuk. Ratusan kolam ikan terlihat menghampar.

Dengan ramah, lelaki 39 tahun pun mempersilakan jurnalis WartaBromo untuk melihat suasana tempat pembenihan ikan nila yang ada di Desa Kersikan, Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan itu.

“Lagi santai aja ini, mengecek beberapa kolam pembenihan,” kata Adi, saat dikunjungi media ini, awal Februari lalu.

Adi kemudian menceritakan awal mula ia terjun di dunia usaha pembenihan ikan nila bernama “Kekar” ini. “Dulunya saya sales obat,” katanya mengawali cerita.

Pekerjaan itu membuatnya harus terus berkeliling menawarkan obat. Dari jam 08.00 pagi hingga menjelang tengah malam guna menawarkan produk obatnya kepada para klien.

“Dulu itu jual ke dokter, kebetulan obatnya tidak bisa diresepkan bebas jadi kita tidak jual ke Apotek. ta memperkenalkannya ke dokter-dokter,” sambung Adi sambil mengingat masa lalu.

Pekerjaan menjadi sales obat itu pada akhirnya membuatnya jenuh. Dari situ ia kemudian berpikir untuk memulai bisnis baru.

Berlatar orang tua yang bekerja di Dinas Perikanan, membuat Adi sedikit banyak mengerti pengetahuan dasar tentang ikan. Ia pun mengutarakan niat pada orang tuanya untuk memulai bisnis ikan.

Hingga di tahun 2009, ia memulai merancang usaha barunya itu.

“Ya karena orang tua itu dulu Dinas Perikanan dari jadi saya dari kecil tuh sudah apa ya berkecimpung di dunia ikan. Mungkin saya juga lahirnya di kolam,” selorohnya sambil tertawa.

Simak Videonya di sini

Ada sekitar 15 kolam yang ia miliki untuk memulai bisnis pembenihan ikan tersebut. 15 kolam yang ia punya di dapat dari menyewa. Perjuangan menjadi seorang pebisnis pun mulai ia rasakan.

“Jatuh bangunnya di 5 tahun pertama, susahnya marketing di 5 tahun pertama mengawali karena orang nggak ada yang kenal sama produk kita,” jelasnya.

Lambat laun, bisnis yang ia punya mulai berkembang hingga bisa membuat kolam sendiri tanpa menyewa tempat. Awalnya hanya ada puluhan tempat, dan kini bisa mencapai 220 kolam.

“Kalau sekarang alhamdulillah, awalnya tanah buat pembenihan ini sewa-sewa, sekarang bisa sampai 220 kolam,” ungkapnya.

Menurutnya, menjadi pengusaha pembenih atau pembibitan ikan nila adalah hal yang sangat mudah. Pasalnya, perawatannya pun tidak sulit. Modal yang dikeluarkan juga tak banyak seperti menjadi pembudidayaan ikan nila konsumsi.

“Butuh modal cukup kecil, kalau benih kecil, resikonya kecil, hasilnya tidak seperti pembesaran,” katanya.

Ia juga menceritakan beberapa indukan yang didapat. Bukan hanya dari Indonesia, ada juga dari beberapa negara, seperti Israel, Malaysia, Singapore. Semua bibit itu dikirim melalui ekspedisi.

Selain itu, juga ada indukan yang berada dari beberapa daerah di Indonesia, mulai dari danau toba, Surabaya, Malang dan lainnya.

“Kita cari indukan yang kuat, daya tahan penyakitnya kuat,” tandasnya.

Dalam 15 hari, indukan yang kita campur sudah bisa menghasilkan lava ikan nila. Ratusan kolam miliknya dapat menghasilkan sekitar 200 ribu benih ikan nila dalam sahari.
“Sekitar 200 ribu sehari, itu pun harus didiamkan dulu sekitar seminggu atau dua minggu lalu siap untuk dijual,” pungkasnya.

Omsetnya yang ia dapat pun juga tak main-main. Dalam sebulan ia bisa meraup omset hampir 50 juta. Per ekor benih ia harga Rp50, jadi untuk harga 1000 ekor yakni Rp50 ribu.

“Kalau omset sih nggak kaya pembesaran, sebulan mungkin 50 jutaan lah,” katanya.

Pemasaran benih nila miliknya sudah merambah pasar Nasional hingga Internasional. Mulai dari paling banyak yakni, Sidoarjo, lamongan, serta ada juga dari aceh, papua. Untuk luar negeri juga ada permintaan, seperti Dubai hingga India. (asd)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.