“Dia awalnya minder dengan kondisi fisiknya. Ketika mulai menyulam dan hasilnya bagus, akhirnya mulai percaya diri.”
Laporan: Amal Taufik
Sejumlah anggota Griya Melati Kota Pasuruan tampak sibuk pada Selasa (27/12/2022) pagi pukul 08.00 WIB. Mereka tengah menyiapkan pesanan nasi kotak yang akan dibagikan untuk lansia di Kecamatan Bugul Kidul, Kota Pasuruan.
“Dapat pesanan dari kantor kecamatan. 100 kotak setiap hari sampai akhir tahun,” kata Ketua Griya Melati, M. Mabrur.
Sehari-hari, Griya Melati yang letaknya di Kelurahan Kepel, Kecamatan Bugul Kidul, itu memang selalu sibuk. Di tempat itu para penyandang disabilitas berproses dan berdaya lewat berbagai kegiatan kreatif.
Mabrur yang juga penyandang disabilitas tuna daksa itu mendirikan Griya Melati pada tahun 2009. Saat itu, Ia baru bergabung dengan organisasi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC) Kota Pasuruan dan melihat bagaimana terbatasnya akses disabilitas terhadap sumber daya ekonomi.
“Saya waktu itu berpikir apa yang kira-kira bisa manfaat untuk teman-teman,” ujar Mabrur.
Mabrur saat itu memiliki kemampuan menyulam jilbab. Ia pun mencoba membagikan kemampuannya menyulam kain kepada sesama penyandang disabilitas.
Penyandang disabilitas yang pertama kali Ia ajari menyulam kain adalah tetangga kampungnya, Emi Solikha. Seorang perempuan penyandang tuna daksa seperti dirinya.
“Dia awalnya minder dengan kondisi fisiknya. Ketika mulai menyulam dan hasilnya bagus, akhirnya mulai percaya diri,” kata Mabrur.
Seiring berjalannya waktu, penyandang disabilitas yang bergabung ke Griya Melati makin banyak. Jumlah anggota Griya Melati sekarang mencapai 75 orang yang berasal dari berbagai daerah di Pasuruan.
Kini di dalam Griya Melati ada beberapa bidang kerajinan. Ada omah craft yang memproduksi kerajinan tangan; lalu omah camilan yang memproduksi produk camilan; ada juga omah jahit. Semuanya dikerjakan oleh penyandang disabilitas.
Pasar dari produk Griya Melati pun tidak main-main. Produk mereka diminati pasar mulai di wilayah Pasuruan sendiri, luar kota, dan bahkan sempat merambah ke Malaysia.
Dalam beberapa waktu belakangan ini, Mabrur dan teman-temannya tengah sibuk menggarap batik ecoprint. Mereka kebanjiran orderan batik dengan pewarnaan alami ini.
“Di sini saya selalu mendorong, agar teman-teman tidak mudah puas diri. Harus terus belajar,” tutur Mabrur.
Hari ini, sudah 10 tahun lebih Griya Melati berdiri dan memberdayakan penyandang disabilitas lewat wirausaha kreatif. Ada banyak anggota Griya Melati yang sekarang sudah mandiri di luar sana.
Mereka sudah mampu hidup dengan kreativitasnya sendiri. Tidak ada kata minder. Bahkan, kata Mabrur, ada salah satu yang omzetnya pernah mencapai Rp5 juta per bulan.
“Misi saya, teman-teman di sini jangan terus-menerus ikut saya. Harus mandiri dan berwirausaha. Karena kan kita disabilitas itu biasanya baru dihargai kalau sudah punya kemampuan dan karya,” pungkas Mabrur. (*)