Pasuruan (WartaBromo.com) – Air bersih merupakan kebutuhan setiap manusia. Berbagai masalah kesehatan akan mengancam, tatkala kebutuhan itu tak terpenuhi maksimal. Salah satunya stunting.
Kasus stunting di Indonesia pun masih butuh perhatian khusus. Walau prevelansi stuntingnya terbilang rendah, namun Pemerintah Indonesia terus berusaha menurunkan angkanya hingga 14%.
“Pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun 2024. Itu artinya, harus menurunkan prevalensi sebesar 10,4% dalam 2,5 tahun ke depan,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin saat memimpin Rakor Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), Rabu (11/05/2022).
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
Nah, untuk menekan penurunan angka stunting di Indonesia, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Berbagai upaya pun harus dilakukan.
Langkah mudah yang bisa dilakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan air bersih di masyarakat. Pasalnya, air merupakan zat gizi yang sama pentingnya seperti makanan pokok.
“Minum air sama penting seperti kita mengkonsumsi sayur mayur, buah maupun lauk pauk,” kata Dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, Ketua Departemen Ilmu Gizi FKUI.
Penekanan kewajiban mengkonsumsi air dengan takaran khusus ini berlaku sejak 2013. Pada tahun tersebut, air sudah masuk dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk orang Indonesia.
Bahkan, dilansir dari laman kemenkes.go.id, menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen.
“Tak heran, kalau akses air bersih masuk sebagai salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs) dengan target tahun 2030,” terang Nurul.
Untuk itulah, Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan target akses sanitasi dan air bersih yang berkelanjutan.
RPJMN ini memiliki target 100% akses air minum layak. Serta, menyediakan akses air minum perpipaan dengan membangun 10 juta pipa sambungan rumah tangga.
Sehingga, perlu dipahami hubungan antara konsumsi air kotor dengan stunting terletak pada banyaknya mikroorganisme patogen dan bakteriE.coli. Bakteri tersebut dapat mengganggu sistem di tubuh manusia.
Maka kemudian, pemenuhan akses air bersih di Indonesia harus lebih diperhatikan. Bila tak segera dimaksimalkan, kasus malnutrisi penyebab stunting tak bisa turun maksimal. (trj/asd)