Suka Duka Vaksinator Covid-19

1825
“Bukan suntiknya yang susah, kalau suntik semua bisa diajari, bidan perawat semua bisa. Namun, tantangan terberat adalah meyakinkan masyarakat untuk melakukan vaksin covid-19, semua orang pasti mempunyai penyakit beda-beda.”

PANDEMI covid-19 masih belum berakhir. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menekan laju penyebaran virus covid-19 yakni dengan vaksinasi.

Ada sekitar 200 juta lebih penduduk Indonesia yang disasar Pemerintah untuk melakukan vaksinasi. Untuk melakukan vaksinasi tersebut tidaklah mudah, ada beberapa tahapan yang harus dilalui.

Ahmad Shohib, seorang vaksinator covid-19 sekaligus Kepala Puskesmas Kandangsapi, Kota Pasuruan berbagi cerita selama bertugas. Ada banyak suka maupun duka saat menjadi vaksinator covid-19. Dari sanalah pengalaman-pengalaman baru ia dapatkan.

Berbeda dengan suntik vaksin biasanya, suntik vaksin covid-19 diperlukan keahlian khusus. Mulai dari melakukan pengarahan kepada warga hingga tata cara penyuntikan.

“Harus mempunyai keahlian khusus, paling nggak ada pembelajaran dulu untuk pemula, seperti perawat maupun bidan,” ujar Shohib.

Ada beberapa tahapan untuk melakukan vaksin. Tahapan pertama, orang yang akan disuntik vaksin harus lolos verifikasi pendaftaran melalui aplikasi. Kemudian ke pos dua untuk skrining dan anamnase. Di pos ini calon penerima vaksin akan diperiksa secara detail termasuk ada tidaknya penyakit penyerta (komorbid).

Shohib menyebut, dari pos dua itulah sebenarnya tantangan dimulai. Mengetahui secara pasti penyakit bawaan yang dimiliki warga. Apa yang disampaikan oleh peserta harus sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak boleh ditutup-tutupi.

Screaning itu harus sesuai, agar selesai vaksin covid-19 tak ada gelaja lain yang timbul,” lanjutnya.

Peserta akan diberikan pertanyaan sebanyak 16 item termasuk ada tidaknya penyakit bawaan. Jika ada satu saja item yang tidak sesuai syarat, maka dia tidak boleh menerima vaksin.

Banyak suka yang ia dapatkan selama menjadi vaksinator covid-19. Bagaimana tidak, ada sekitar 1000 lebih warga yang sudah ia suntik vaksin. Mulai dari antusias warga hingga penolakan pun juga pernah ia temui.

“Sukanya itu, warga antusias, banyak lansia berbondong-bondong datang. Secara otomatis kan kemauan mereka untuk tetap sehat di masa pandemi tetap dilakukan,” ujarnya.

Berbeda dengan lansia, anak muda malah cenderung takut untuk melakukan vaksin. Tantangan terbesar seorang vaksinator adalah meyakinkan peserta agar bersedia disuntik.

“Kalau suntik semua bisa, ada tata caranya. Tapi, kalau meyakinkan peserta itu susah, biasanya dinkes menyarankan dokter untuk melakukan,” tandasnya.

Dengan pengetahuan yang dimiliki, petugas kesehatan nantinya bisa memberikan sosialisasi kepada warga, terutama mereka yang masih ragu. Mereka harus bisa meyakinkan masyarakat bahwa vaksin ini akan melindungi diri dan orang lain dari penularan virus covid-19.

Dewi Ambarwati, seorang dokter muda di Puskesmas Kandangsapi juga menceritakan suka duka menjadi vaksinator. Saat melakukan vaksin di wilayah Keluarahan Bugul Lor, Kecamatan Panggurejo ada pengalaman yang unik.

Sekitar 20 orang lansia yang akan disuntik tiba-tiba melapor bahwa memiliki penyakit jantung. Sontak ia pun merasa kebingungan, satu persatu warga yang mengeluh punya penyakit jantung didatangi dan diberikan sosialisasi.

“Pernah, ada sekitar 20 orang lebih sakit jantung. Itu pun bersamaan,” tuturnya.

Sosialisasi tentang bahaya virus covid-19 dan pentingnya vaksin untuk lansia kemudian dilakukan. Dengan pengetahuan yang ada, sejumlah lansia kemudian mau untuk disuntik vaksin setelah menerima sosialisasi. (don)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.