Prigen (wartabromo.com) – Program Smart City atau Kota Cerdas membuat kerja pemerintah menjadi lebih efisien. Pemerintah Kota Pasuruan dan Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur memanfaatkan teknologi informasi untuk mendengarkan aspirasi masyarakat.
Hal ini terungkap dalam acara seminar ‘Smart City, Creative Government: Membangun Ekosistem Digital CETTAR Bagi Pembangunan Jawa Timur’, yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur secara daring dan luring di Prigen, Pasuruan, Sabtu (12/6/2021).
Kota Pasuruan memiliki program e-Sambat sebagai saluran pengaduan secara digital. “Masyarakat dengan cara memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sudah bisa ngomong apa saja sepanjang datanya cukup. Dengan e-Sambat kita bisa tahu berapa lama respons pemerintah dan instansi berwenang. Kalau respons kurang dari 10 menit, mereka dapat reward. Kalau sehari dua hari patut dapat sanksi,” kata Wali Kota Pasuruan Saifullah Yusuf.
Gus Ipul, sapaan akrabnya, mengatakan, 60 persen pengaduan lewat e-Sambat mengenai infrastruktur, 30 persen keluhan pelayanan, dan 10 persen lain-lain.
“Paling banyak infrastruktur karena bagi mereka pembangunan apa yang dia lihat di depan rumah. Ketika buka pintu jalan bagus atau tidak,” katanya.
Sistem digital dalam Smart City membuat pemerintah bekerja efisien. “Layanan digital tak bisa dihindari lagi dalam rangka ada interaksi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah,” kata Gus Ipul.
“Saya tangkap masyarakat tidak ingin dilayani hanya pada jam kerja. Inginnya dilayani setiap saat pada saat butuh, karena tidak semua orang bisa mengurus keperluannya pada jam kerja. Maka itu layanan harus disiapkan. Kita perlu media agar masyarakat bisa menyampaikan pendapatnya lewat layanan digital,” kata Gus Ipul.
Bupati Pamekasan Baddrut Tamam juga menilai keberadaan teknologi menjadi bagian dari fasilitas kemudahan yang perlu difungsikan maksimal dalam melayani publik. Ada pelayanan masyarakat berupa aplikasi e-Lorong, e-Sehat, e-Babhar, e-Madul. E-Lorong adalah pengaduan masyarakat mengenai infrastruktur jalan, e-Sehat terkait layanan kesehatan, e-Babhar dimanfaatkan untuk pelayanan ibu hamil, dan e-Madul untuk pengaduan lainnya dari masyarakat. “Kami juga punya media sosial untuk mendekatkan diri kepada masyarakat,” katanya.
“Tidak mungkin ada hasil luar biasa jika cara kita biasa. Kita tidak mungkin mengharapkan hasil seribu langkah jika langkah yang dilakukan hanya seratus. Era revolusi industri tak hanya menuntut kita bergerak luar biasa, tapi melakukan langkah inovatif kreatf menjadi tuntutan zaman,” kata Baddrut.
Namun Gus Ipul merasa masih harus belajar dari kota lain seperti Banyuwangi dan Surabaya. “Ada kota-kota yang sangat siap smart city atau pemerintahannya sudah menggunakan sudah on process menggunakan teknologi. Tapi ada yang baru memulai seperti Kota Pasuruan. Kita konkret saja belajar kepada yang sudah sukses seperti Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi,” katanya.
Gus Ipul sadar harus bergerak cepat menyusul ketertinggalan, karena Smart City adalah sebuah kebutuhan. “Kita tahu ada dinamika cukup tinggi kaitan dengan perkembangan teknologi dan berpengaruh terhadap kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap layanan. Inti smart government adalah memaksimalkan potensi dan meminimalisir kendala. Dalam mewujudukan potensi itu, kita haru bertransformasi,” katanya. (yog/yog)