Pasuruan (WartaBromo.com) – Kasus penyakit menular di Indonesia sudah meresahkan. Tuberculosis (TBC) dan Corona Virus Disease (Covid-19) yang sama-sama menyerang sistem pernapasan dan menular di antaranya. Lantas, dari keduanya manakah yang lebih berbahaya?
Dilansir dari covid19.go.id, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat, Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar kasus TBC di dunia.
“Kita (Indonesia) ranking tiga di dunia. Ada India, China, kemudian Indonesia,” ungkap Wiendra, Direktur Pencegahan Kemenkes RI dalam dialog di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, pada Selasa (7/7/2020) lalu.
Berdasarkan data yang disajikan Kemenkes, kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa, sedangkan angka kematian akibat TBC tercatat sebanyak 13 orang perjam. Angka tersebut beriringan dengan tingginya kasus Covid-19 di Indonesia.
Kasus mengenai kedua penyakit ini terus menjadi perbincangan publik, pasalnya baik TBC maupun Covid-19 memiliki kesamaan. Baik gejala, penularan virus dan penerapan penyembuhannya. Hanya saja, TBC sudah ada obat peredanya, sedangkan Covid-19 masih sebatas percobaan vaksin.
Lantas, manakah yang lebih berbahaya?
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Ir. Arifin Panigoro menjelaskan, jika keduanya sama-sama genting di Indonesia. Dijelaskannya, sebelum adanya Covid-19, temuan kasus TBC terbatas, kemudian ditimpuk adanya pandemi Covid-19, sehingga kasus TBC menjadi terbengkalai.
“Logis, karena kita semua ini fokus perhatian kita terambil oleh Covid-19, meskipun semua merasa TBC itu serius tapi priority saat ini adalah Covid-19,” kata Arifin dalam dialog ruang digital.
Untuk itu, sampai saat ini, Pemerintah Indonesia terus menegaskan agar protokol kesehatan tetap dijalankan. Serta, berupaya mengingatkan masyarakat Indonesia agar selalu menjaga kebersihan, mengingat penularan virus TBC maupun Covid-19 sama-sama droplet, sekalipun diagnosisnya berbeda. (trj/ono)