Probolinggo (wartabromo.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas sejak Senin, (26/10/2020). Wakil Bupati Probolinggo, HA. Timbul Prihanjoko pun mengajak siswa untuk menjadi duta kesehatan.
Uji coba PTM ini berlaku pada 2 jenjang pendidikan, yakni 6 SD dan 6 SMP. Tersebar di 6 kecamatan, yakni Kecamatan Lumbang, Sumber, Kuripan, Tiris, Krucil dan Kecamatan Wonomerto. Enam kecamatan itu, yang konsisten berada di zona hijau dan kuning sebaran Covid-19. Sementara 18 kecamatan lainnya, pembelajaran dilakukan secara daring.
Untuk SD ada 6 lembaga pendidikan, yakni SDN Bremi 1, Kecamatan Krucil; SDN Sumber 1, Kecamatan Sumber; SDN Lumbang 2, Kecamatan Lumbang,; SDN Sepohgembol 1, Kecamatan Wonomerto; SDN Segaran, Kecamatan Tiris; dan SDN Kedawung 2, Kecamata Kuripan. Sedangkan untuk SMP digelar di SMPN Lumbang 1, Sumber 1, Kuripan 1, Tiris 1, Krucil 1 dan Wonomerto 1.
“Anak-anak terlihat semangat ketika masuk pertama kali ke sekolah. Ini sebuah tantangan, dengan pandemi ini tetap bisa belajar dengan cara seperti ini. Mereka diajarkan bagaikan jaga jarak, cuci tangan,” ujar Wakil Bupati Probolinggo saat memantau pelaksaan PTM di SDN Bremi 1 dan SMPN Krucil 1.
Kepada siswa, Wabup Probolinggo berpesan agar siswa menjadi duta kesehatan di wilayahnya masing-masing. Agar penyebaran virus corona di Probolinggo dapat dikendalikan. Syaratnya yakni dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, serta jaga jarak.
“InsyaAllah beres. Kalian punya andil bagaimana pandemi berakhir, kalian jadi duta kesehatan minimal di lingkungan masing-masing. Tidak ada alasan karena pandemi, kemudian tidak belajar dan bermalas-malasan. Kalian yang akan menggantikan kami sebagai pemimpin bangsa,” sebut politisi PDIP itu.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) setempat, Fathur Rozi, menyebut pelaksanaan PTM mengacu pada keputusan bersama 4 menteri dalam protokol kesehatannya.
Uji coba itu, dilaksanakan selama 2 minggu. Bila pelaksanaan uji coba hasilnya baik, akan dilakukan persebaran atau peningkatan jumlah satuan pendidikan yang akan melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka.
“Tetapi juga tetap harus di zona hijau atau kuning yang secara konsisten dalam satu bulan terakhir. Misalnya semula Kecamatan Sukapura masuk, tetapi perkembangan terakhir berubah. Sehingga kita tidak ingin menanggung resiko karena ini cukup beresiko bagi anak-anak,” sebut Rozi.
Pejabat asal Kecamatan Paiton itu, menyebut ada beberapa teknis yang diterapkan dalam uji coba ini. Pertama, guru-guru yang mengajar di sana adalah guru yang memang tinggal di zona hijau dan kuning. Guru tidak boleh dari zona orange apalagi zona merah.
“Misalkan ada guru yang mengajar di Kecamatan Krucil, tetapi dia berasal dari Kecamatan Kraksaan. Maka guru tersebut tidak boleh melakukan ke sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Sebab Kraksaan termasuk zona Merah. Solusinya ia mengajar secara daring,” terangnya.
Kemudian pelaksanaan pembelajarannya tetap melaksanakan protokol kesehatan. Di antaranya menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak (physical distancing). Physical distancing dalam proses pembelajaran itu dalam satu kelas berisi maksimal 50 persen dari jumlah yang ada di kelas itu.
Misalnya pada jenjang SD yang di normal dalam kelas maksimal ada 28 siswa, maka pada tahap uji coba 1 kelas diisi 14 siswa. Untuk jenjang SMP, apabila ada 32 siswa dalam satu rombongan belajar dalam kondisi normal, maka yang masuk hanya 16 siswa.