Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.
Oleh : Sri Kadarwati
SALAH satu arah kebijakan dan strategi pengarusutamaan nasional yang tertuang didalam Rancangan Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah Pengarusutamaan Gender. Dengan sasaran utamanya antara lain adalah meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan menurunnya Indeks Ketidaksetaraan Gender (IKG).
Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Penghitungan angka IPG, diformulasikan sebagai rasio Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Perempuan dan Laki-laki.
Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia dengan memperhatikan ketimpangan gender. Hal ini terkait dengan tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Kesetaraan gender merupakan isu yang bersifat multidimensi yang meliputi sisi kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Dari data series penghitungan IPG yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistitik (BPS), selama tiga tahun terakhir ini menunjukkan bahwa Kota Pasuruan menempati urutan kedua tertinggi se Jawa Timur setelah Kota Blitar, yaitu dengan angka IPG sebesar 96,18.
Semakin dekat angka IPG ke 100, maka semakin kecil kesenjangan pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Sebelum tahun 2017, angka IPG Kota Pasuruan berada pada posisi ketiga setelah Kota Probolinggo. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian prestasi Kota Pasuruan dalam hal kualitas pembangunan gender mengalami peningkatan.
Perkembangan angka IPG di Kota Pasuruan
Secara umum pembangunan laki-laki dan perempuan di Kota Pasuruan mengalami peningkatan dalam 7 tahun terakhir. Meskipun pada periode 2017 – 2019, angka IPG di Kota Pasuruan mengalami fluktuatif yaitu dari 96,36 menjadi 96,02 pada tahun 2018. Dan selanjutnya pada tahun 2019 meningkat sedikit menjadi 96,18. Namun demikian sejak Tahun 2017, posisi angka IPG Kota Pasuruan berada pada urutan kedua terbesar se Jawa Timur setelah Kota Blitar.
IPG merupakan salah satu indikator komposit yang dapat menggambarkan kesenjangan pencapaian pembangunan antara laki-laki dan perempuan. Adapun indeks komposit yang dibentuk dalam penghitungan IPG terdiri dari Umur Harapan Hidup (UHH), Harapan Lama Sekolah (EYS), Rata-rata Lama Sekolah (MYS), dan Pengeluaran perkapita yang disesuaikan.
Untuk itu, jika didapatkan angka IPG yang masih tertinggal dibandingkan dengan wilayah lainnya, pemerintah setempat diharapkan dapat mengamati dan mengidentifikasi indikator tunggal/pembentuk mana yang masih rendah. Strategi bersama sektor terkait harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan angka IPG tersebut dan berupaya meningkatkannya.
Komponen Pengungkit Angka IPG di Kota Pasuruan
Dari tiga indikator pembentuk angka IPG di Kota Pasuruan, menunjukkan bahwa indikator kesehatan yang dihitung dari besaran Umur Harapan Hidup (UHH) terdapat kesenjangan yang tertinggi dibandingkan 2 indikator lainnya.
Selama tiga tahun terakhir angka UHH perempuan selalu lebih besar dari UHH laki-laki, yaitu berada di atas angka 72 tahun, sementara UHH laki masih berada pada level kurang dari 70 tahun. Meski secara lahiriah perempuan dibekali oleh faktor genetik yang membuatnya memiliki kemungkinan hidup lebih panjang, tapi masih banyak hal yang perlu menjadi perhatian seperti kematian ibu dan kesehatan reproduksi.