Pasuruan (WartaBromo.com)- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur (Jatim) meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pemanfaatan panas bumi Arjuno-Welirang untuk energi listrik.
Pasalnya, rencana tersebut dinilai mengundang bencana yang lebih besar ketimbang manfaatnya. “Karena memang risiko potensi terjadinya gempa semakin tinggi,” kata Direktur Walhi Jatim, Rere Christianto, Selasa (18/02/2020).
Rere menjelaskan, di Indonesia, memang belum banyak terjadi peristiwa gempa yang dipicu aktivitas pemamfaatan panas bumi (geothermal).
Akan tetapi, peristiwa yang terjadi di Pohang, Korea Selatan pada 2017 bisa menjadi bukti akan kekhawatiran tersebut.
Sebagai catatan, hasil penelitian pemerintah setempat menyebut gempa dengan kekuatan 5,6 skala richter kala itu dipicu aktivitas pembangkit panas bumi di wilayah setempat.
Pergerakan lapisan tanah imbas kegiatan pemanfaatan panas bumi sebagai penyebabnya. Saking parahnya, gempa itu disebut-sebut sebagai yang terparah kedua dalam sejarah Korea Selatan.
Belajar dari kasus tersebut, Rere pun mendesak agar rencana pemanfaatan panas bumi di wilayah gunung berapi Arjuno-Welirang di-stop.
“Kegiatan itu akan memanfaatkan rekahan-rekahan sesar dalam perut bumi untui dibor. Setelah itu baru diinjeksi dengan air dalam jumlah besar untuk menghasilkan uap,” terang Rere.
Metode itulah yang menurut pegiat lingkungan ini berpotensi meningkatkan risiko terjadinya gempa.
“Selain Korea, peristiwa yang sama juga pernah terjadi di Swedia. Ada banyak contohnya. Jadi, permasalahannya bukan pada status atau luasan wilayah yang digunakan, tapi meningkatnya risiko gempa itu tadi,” kata Rere.
Karena itu, pihaknya mendesak rencana tersebut tidak diteruskan. Terlebih, selain ancaman gempa, kegiatan itu juga berpotensi mempengaruhi sistem hidrologi dan akuiver dalam tanah.
Seperti diketahui, pemerintah melanjutkan rencananya untuk memanfaatkan panas bumi Arjuno-Welirang. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan potensi energi listrik yang dihasilkan mencapai 190 megawatt. Tahun lalu, juga telah dilakukan survei lanjutan untuk eksplorasi. (tof/asd)