Duduk Manis “Menikmati Juwet” di Kebun Raya Purwodadi

4911
Banyak tumbuhan langka, menarik, bermanfaat, yang perlu kita pelajari dan lindungi.

Laporan Emil Akbar

BAGI pecinta tumbuh-tumbuhan, Kebun Raya Purwodadi selalu menjadi tempat tepat untuk meng-upgrade pengetahuan.

Segala jenis tanaman khas dataran rendah kering, ada di kebun yang berlokasi di Jalan Raya Surabaya-Malang KM 65, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan itu.

Sepertinya, tak salah apabila Kebun Raya Purwodadi diklaim telah perankan fungsi konservasi dan riset dengan baik.

Dengan lahan 85 hektare, Kebun Raya Purwodadi memiliki 179 suku atau famili, 989 marga, serta 2.049 jenis tetumbuhan. Total koleksi tanaman mencapai lebih dari 12 ribu pohon.

Matrani, salah satu peneliti di Kebun Raya Purwodadi mengatakan, koleksi tanaman yang dipunyai terdiri dari jenis anggrek, polong-polongan, palem, jambu-jambuan, bambu, hingga tumbuhan paku.
Bahkan buah lokal sampai tanaman obat ada juga di sini.

Dari ribuan tanaman, paling dominan adalah pohon sengon putih. Jumlahnya mencapai 20% dari total koleksi tetumbuhan.

Sedangkan pohon paling tua dan langka adalah juwet. Semua tahu, jika pohon yang juga disebut duwet (gamblang) tersebut keberadaannya sudah susah ditemukan.

Pohon juwet (bahasa latin: Syzygium Cumini) ditanam di Kebun Raya Purwodadi sejak tahun 1947 silam, yang berarti umurnya sudah 73 tahun.

Kata Matrani, pohon juwet ada di lingkungan nomor satu dan memiliki dua nomor, di mana satu nomor terdiri dari 3-5 pohon.

“Nomor itu sama dengan KTP kalau seperti kita. Selalu kita pasang nomor, supaya tahu kapan ditanam di sini,” kata Matrani, Selasa (4/2/2020).

Banyaknya tanaman di Kebun Raya Purwodadi berasal dari berbagai sumber. Di antaranya sumbangan dari Kebun Raya Bogor dan Bedugul. Ada juga merupakan tanaman existing atau ditanam oleh penduduk sekitar, serta dari Kebun Raya Purwodadi sendiri.

“Tiap bulan kita upgrade seluruh tanaman. Ada yang mati, yang baru dan sebagainya. Setiap tahun, jumlahnya selalu bertambah,” lanjutnya.

Meski memiliki banyak koleksi, Kebun Raya Purwodadi masih punya PR (pekerjaan rumah) cukup berat. Yakni, bagaimana menarik pengunjung untuk datang berwisata ke tempat ini.

Ada banyak warga jalan dan duduk-duduk menikmati kesegaran udara selain keindahan pepohonan, jadi impian.

Kepala Kebun Raya Purwodadi, Bayu Adjie mengakui, jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya, masih jauh dari harapan.

Sebut saja data pada tahun 2019 lalu. Jumlah pengunjung yang datang ke Kebun Raya Purwodadi hanya 150 ribu orang. Okupansi selama kurun setahun itu masih tak sebanding dengan Kebun Raya Bogor yang bisa menyedot animo hingga 600 ribu wisatawan.

Menyikapinya, Kebun Raya Purwodadi yang bernaung di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati-LIPI (Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia) tersebut, mulai melakukan kerjasama dengan pihak swasta.

Tujuannya tak lain untuk membantu dan mengurus, sekaligus mengembangkan Kebun Raya Purwodadi melakoni tiga fungsi tambahan lainnya, yakni edukasi, jasa lingkungan, serta wisata.

“Kita akan lebih profesional dalam mengelola dan mengembangkan kebun raya melalui kerjasama dengan swasta, tahun ini,” ungkap Bayu.

Untuk keperluan itu, pihaknya sudah membangun taman tematik. Seperti Taman Labirin, Taman Buah Lokal, Taman Paku, Taman Bougenvile, Taman Mexico, sampai Green House Anggrek.

Rencananya, tahun ini akan dibangun Taman Evolusi yang menceritakan evolusi tanaman. Mulai dari lumut sampai tumbuhan yang memiliki bunga.

“Kita punya program yang beda dengan yang lain. Bernuansa ilmiah, pendidikan melalui taman tematik. Jadi, pengunjung bisa mempelajari sesuatu hal yang baru dan berkualitas. Sudah ada taman labirin (bergaya Prancis) untuk anak-anak sampai dewasa. Mereka bisa menikmati keindahan dan berpetualang,” tandasnya.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.