Jika ia ingin menjadi juru selamat sejati, minimal ia harus mampu menyelamatkan dirinya sendiri dahulu dari terpaan kondisi zaman hari ini.
Oleh: Yongky Gigih Prasisko
SEBUAH kerajaan baru, Keraton Agung Sejagat (KAS), mendeklarasikan diri berdiri pada 12/11 sebagai juru damai terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia.
Sebelumnya terjadi ketegangan antara Iran dan Amerika yang dipicu oleh pembunuhan jenderal Qasim Soleimani. Terjadi eskalasi ketegangan Iran-Amerika yang ditandai dengan aksi pembalasan oleh Iran dengan menyerang pangkalan militer Amerika di Irak. Beredar kabar eskalasi ketegangan ini akan mengarah ke perang dunia 3.
Fakta ini menunjukkan dunia global sedang menghadapi krisis; dan sistem internasional sekarang tak mampu mencegah bahkan menyelesaikan konflik yang terjadi.
Tujuan KAS didirikan adalah untuk mendamaikan dunia karena sistem pemerintahan dunia hari ini sedang kacau dan diambang perang dunia ke 3.
Totok Santosa dan Dyah Gitaraja, sebagai pemimpin KAS, berniat menjadi juru selamat dunia.
Rupanya para pemimpin KAS bermaksud menyambut zaman mesianik ketika pemerintahan juru selamat bangkit untuk membawa kedamaian dan persaudaraan kepada seluruh dunia.
Namun, KAS berdiri di era informasi, ketika berbagai media akan menggali informasi apapun terkait sesuatu yang diberitakannya. Media dengan cepat menggali profil Totok beserta rekam jejaknya.
Beredar temuan, bahwa Totok pernah menjalankan organisasi Jogja Development Committee (DEC) yang menjanjikan uang puluhan juta bagi para anggotanya. Totok juga dikabarkan membuka angkringan di halaman rumah kontrakannya di Sleman.
Totok dan Dyah diketahui juga bukan merupakan pasangan suami istri. KAS juga didirikan di zaman ketika hukum dan administrasi suatu wilayah sudah cukup mapan di Indonesia.
Tak lama berselang setelah deklarasi, KAS harus menghadapi masalah administrasi perihal legalitas organisasinya serta izin kegiatannya. Selain itu KAS juga harus menghadapi masalah hukum karena diduga melakukan penipuan dan keonaran.
Ditambah lagi, KAS turut menghadapi tentangan dari masyarakat sekitar yang merasa resah karena kegiatannya di malam hari, mengganggu dan keluhan penyimpangan dari ajaran agama Islam.
Berbagai tantangan tersebut berbuntut pada penangkapan Totok dan Dyah oleh aparat kepolisian dan kemudian ditetapkan sebagai tersangka.
Juru Selamat yang Tak Selamat
KAS bukanlah fenomena kali pertama di Indonesia. Sebelumnya, pernah ada kerajaan Ubur-ubur yang pemimpinnya mengaku sebagai Ratu Kidul. Pada akhirnya, kerajaan ini berakhir karena tudingan aliran sesat dan juga penipuan.
Sebelumnya juga ada fenomena serupa yang bikin heboh yakni GAFATAR yang pimpinannya, Ahmad Mosadeq, mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini juga berakhir dengan tuduhan penyesatan dan penipuan.
Kasus lain yang bikin geger yakni sekte Satria Piningit Weteng Buwono yang pimpinannya, Imam Solihin, mengaku sebagai Tuhan. Ia turut berakhir karena tuduhan penodaan agama.
Serta kasus Lia Eden, yang mengaku sebagai penyebar wahyu Tuhan dan reinkarnasi Bunda Maria. Lia kemudian harus menghadapi kasus hukum atas tuduhan penistaan agama.
Tak mudah menjadi juru selamat hari ini. Ia tak cukup hanya menawarkan ide besar untuk menggaet para pengikutnya. Setidaknya sang juru selamat harus menjadi akuntabel yang mewajibkannya memenuhi berbagai persayaratan administratif dan legal formal terkait dengan segala macam kegiatannya.
Sang juru selamat juga harus punya reputasi yang rasional dan terpercaya untuk menghadapi serbuan pemberitaan media di era informasi hari ini.