Pasuruan (WartaBromo.com)- Kebakaran hutan di wilayah Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo memang telah padam. Namun, peristiwa itu dipastikan membuat luasan lahan kritis di wilayah setempat bertambah.
Merujuk dokumen Badan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BLH) Provinsi Jatim, sampai saat ini, total lahan kritis di wilayah Tahura mencapai 5.800 hektare lebih. Jika ditambah dengan lahan yang ludes terbakar saat kemarau lalu, bertambah menjadi 6.600 hektare lebih.
Kepala UPT Tahura R. Soerjo wilayah Pasuruan, Achmad Wahyudi menyebutkan, rangkaian kebakaran lalu mengakibatkan 800 hektare lebih lahan ludes. “Total sampai Oktober ini, lahan yang terbakar mencapai 800 hektare,” katanya.
Berdasar data yang didapat WartaBromo, luas lahan kritis di wilayah Tahura cenderung bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Dengan luasan yang mencapai 27.868,30 hektare, luas lahan kritis tercatat mencapai 1.947,47 hektare pada 2013 lalu.
Setahun kemudian (2014), berkurang menjadi 1.747,47 hektare.
Pada 2015, karena tidak ada penanaman, lahan yang kritis tidak berubah. Baru pada 2016, luasan lahan yang masuk kategori kritis meningkat drastis hingga dua kali lipat lebih. Dari 1.747,47 hektare menjadi 5.808,97 hektare.
Angka yang sama bertahan hingga tahun 2017. “Kebakaran hutan jadi penyebab meningkatnya luasan lahan kritis itu,” terang pegiat lingkungan asal Yayasan Satu Daun, Diono Yusuf. “Untuk tahun ini, tinggal nambah aja dengan luasan yang terbakar sepanjang kemarau ini,” jelasnya.
Yang menarik, jika lahan kritis di Tahura mencapai ribuan haktare jumlahnya, kondisi sebaliknya terjadi pada kawasan hutan di Bromo Tengger Semerj (TNBTS). Sebelum mengalami kebakaran pada musim kemarau ini, lahan kritis TNBTS bahkan bahkan tercatat 0 hektare. (asd/asd)