Probolinggo (wartabromo.com) – Sejumlah desa di Kabupaten Probolinggo terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Namun, hal itu tidak dirasakan oleh warga Desa/Kecamatan Krejengan. Mereka memanfaatkan lubang serapan air (biopori) dan pemanenan air hujan (PAH) agar pasokan air bersih terjaga.
Di saat daerah lain, terlihat gersang pada kemarau panjang, tumbuhan di Desa Krejengan tampak hijau segar. Bunga-bunga aneka jenis tumbuh subur dan sedap dipandang mata. Warga setiap hari rajin menyiramnya dengan memanfaatkan PAH yang disimpan di tandon air.
Warga tak khawatir aktivitas tersebut akan berdampak negatif, yakni kekurangan air bersih. Jika pun air di tandon habis, warga menggunakan air tanah yang dipompa. Air bersih di desa ini tak pernah habis, karena warga memanfaatkan biopori.
“Ndak pernah kewalahan atau kekurangan air bersih. Yang dari tandon itu, air yang kami ambil saat ada hujan. Kami simpan untuk digunakan saat musim kemarau. Ya untuk menyiram tanaman. Kalau untuk minum dan masak ya pakai pompa air,” tutur Marsiah, warga Dusun Krajan.
Sejak 4 tahun lalu, Pemerintah Desa Krejengan menggalakkan program biopori. Sumur resapan itu, ditanam di halaman rumah warga. Bahkan di sepanjang jalan desa dan gang dusun, tak luput dari pemasangan biopori.
Tandon air di pekarangan juga siap menampung air hujan. PAH ini memanfatkan air yang jatuh di genting dan dialirkan ke tandon.
“Tidak mudah tapi setahap demi setahap kita lakukan. Berkat kekompakan warga dan elemen pemerintah desa, akhirnya berhasil,” kata Kepala Desa Krejengan, Nurul Huda.
Pada musim kemarau menjadi penyanggah krisis air bersih desa berpenduduk 2.155 jiwa itu. Sedang di musim penghujan, tandon tadah hujan dan biopori menjadi ‘penyelamat’ desa dengan 758 kepala keluarga (KK) itu, dari ancaman banjir.
“Kami juga punya embung tadah hujan, meski saat ini tidak ada airnya namun air resapan embung tetap bisa dimanfaatkan warga menggunakan pompa air ke lahan pertaniannya,” ungkap Ketua Apdesi Kabupaten Probolinggo.
Desa Krejengan, sepintas tidaklah berbeda dengan desa-desa lain di Kabupaten Probolinggo. Bedanya, desa ini sudah mampu menembus kompetisi Desa Berseri kategori Madya Jawa Timur. Dengan Dusun Krajan menjadi cermin sebagai lingkungan asri dan masyarakat yang ramah.
Di dusun itu, ada peraturan yang melarang membuang putung rokok sembarang. Jika melanggar dikenakan sanksi Rp5 ribu. Diberlakukan khusus bagi warga dusun setempat saja.
“Dengan begitu, lingkungan tetap asri dan bersih. Tak ada satu putung rokok pun yang berserakan di jalan umum. Air tersedia, lingkungan bersih dan bebas polusi,” ungkap Huda yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Zainul Hasan Genggong.
Di desa ini juga, ada bank sampah untuk mengolah sampah-sampah rumah tangga. Terutama sampah dan botol plastik. Serta pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas.
“Kita tampung dan kelola, sehingga kebersihan lingkungan tetap terjaga,” tandas pria yang ketua Peradi Probolinggo itu. (saw/saw)