Pasuruan (wartabromo.com) – Batik dan tenun Kabupaten Pasuruan mulai dilirik Pasar Internasional. Pemerintah Australia pun memberikan pelatihan mengenai Fashion dengan basis tenun dan batik untuk Industri Kecil Menengah (IKM) Kabupaten Pasuruan.
Selama empat hari, Ratusan pembatik dan penenun di Kabupaten Pasuruan mengikuti Pelatihan Kewirausahaan Industri Fashion Berbasis Tenun dan Batik, di Taman Dayu, Pandaan. Tak tanggung-tanggung, sejumlah pelatihan ini diberikan langsung oleh para Profesional.
Lulis Irsyad Yusuf, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) mengatakan potensi batik di Kabupaten Pasuruan terus berkembang. Jumlah pembatik pun menyebar di berbagai Kecamatan di Pasuruan. berbeda dengan penenun, hanya beberapa saja yang masih ada hingga kini.
“Dulu Karangrejo dikenal sebagai Kampung Tenun. Tapi lama kelamaan sudah berubah mindset menjadi Kampung Keset dan Serbet (keset adalah alas lantai dan serbet adalah pembersih di dapur berupa kain). Sebab menjual keset dan serbet sangat mudah untuk mendapatkan pembelinya,” kata Lulis, kemarin.
Lulis berharap, pelatihan kewirausahaan ini bisa menciptakan energi positif bagi para pembatik dan penenun. Karena sebagai seorang pembatik dan penenun, pasar juga sangat penting.
“Saya harapkan jejaring dan kerja sama antara perajin dengan komunitas desainer dalam upaya meningkatkan citra dan kualitas batik maupun tenun. Sehingga mampu menciptakan aneka produk batik dan tenun yang lebih fashionable,” imbuhnya.
Senada dengan Lulis, Jenny Lukito Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Ciputra mengungkapkan, para IKM ini akan diberi konsep three pillar of sustainability di area sosial, lingkungan, dan ekonomi. Artinya, bisa menciptakan karya fashion pakaian yang berasal dari alam, baik dalam pewarnaannya maupun tenunan yang masih tradisional.
“Jadi Pelatihan yang diperuntukkan kepada IKM ini adalah untuk menggali potensi daerah. Memaksimalkan produk tenun dan batik yang ada di Kabupaten Pasuruan. Akan menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan, bukan mesin tapi ATBM atau alat tenun bukan mesin,” jelasnya.
Konsep ini dianggap perlu, karena berhubungan dengan pangsa pasar yang ada. Batik dan tenun harus bisa mengikuti tren zaman yang berubah setiap waktu. Karena konsepnya bukan hanya kualitas yang bagus, namun tidak ketinggalan zaman.
“Kalau sudah fashionable, maka banyak orang yang akan tertarik untuk membelinya. Kami percaya pengrajin di Kabupaten Pasuruan bisa dan mau untuk maju,” tegasnya. (mil/may)