Pasuruan (WartaBromo.com) – Tupperware Indonesia resmi menghentikan operasinya setelah 33 tahun berkiprah. Keputusan ini diambil karena beberapa alasan.
Secara global, Tupperware Brands Corporation mengajukan perlindungan kebangkrutan di Amerika Serikat setelah menghadapi berbagai tantangan finansial. Perusahaan mencatatkan aset antara USD 500 juta hingga USD 1 miliar, sementara kewajibannya mencapai USD 1 miliar hingga USD 10 miliar.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kondisi ini meliputi:
1. Penurunan Penjualan
Sejak kuartal III 2021, Tupperware mengalami penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut, dipengaruhi oleh inflasi tinggi yang melemahkan daya beli konsumen berpenghasilan rendah dan menengah.
2. Beban Utang yang Tinggi
Perusahaan memiliki utang signifikan, dengan beberapa investor membeli pinjaman perusahaan dengan harga diskon besar, yang kemudian mencoba menyita aset penting perusahaan, termasuk kekayaan intelektualnya.
3. Persaingan dan Inovasi yang Tertinggal
Tupperware kesulitan bersaing dengan merek lain yang lebih inovatif dan ramah lingkungan, serta gagal menarik minat konsumen muda yang lebih sadar lingkungan dan menginginkan produk yang sesuai dengan gaya hidup modern.
4. Masalah Manajemen dan Pelaporan Keuangan
Perusahaan menghadapi tantangan dalam manajemen keuangan dan pelaporan, termasuk ketidakmampuan melaporkan kinerja keuangan tepat waktu dan kepergian Chief Financial Officer yang mengakibatkan kekurangan sumber daya dan keahlian.
Tutupnya Tupperware di Indonesia menjadi momen yang penuh nostalgia bagi banyak orang yang telah tumbuh bersama produk-produk legendarisnya.
Meski kini telah resmi menghentikan operasinya, jejak Tupperware akan tetap melekat dalam ingatan masyarakat sebagai simbol kualitas dan kepraktisan dalam kehidupan rumah tangga. (jun)