Tawur Kesanga di Tengger: Simbol Penyucian Diri dan Keseimbangan Alam

81

Probolinggo (WartaBromo.com) – Kabut tipis dan gerimis tak menyurutkan semangat ribuan umat Hindu Tengger yang memadati Jurang Kendil, Desa Sumberanom, Kecamatan Sumber, Jumat (28/3/2025). Mereka berkumpul dalam rangkaian Tawur Kesanga dan Pawai Ogoh-Ogoh, bagian sakral dari perayaan Hari Raya Nyepi 1947 Saka.

Sejak pagi, 25 ogoh-ogoh dari lima desa—Pandansari, Ledokombo, Sumberanom, Wonokerso, dan Gemito—sudah siap diarak keliling desa. Patung raksasa simbol butakala itu mewakili sifat jahat yang harus dimusnahkan sebelum umat Hindu menjalani Catur Brata Nyepi keesokan harinya.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Sumber, Markut, menegaskan bahwa perayaan ini bukan sekadar tradisi, melainkan wujud penyucian diri. “Pawai ogoh-ogoh dan Tawur Agung adalah simbol pembersihan batin. Setelah ini, mari kita jalani Nyepi dengan hati yang lebih jernih,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk mawas diri. “Tokoh-tokoh jahat dalam ogoh-ogoh melambangkan sifat buruk yang merusak keseimbangan, seperti penghasut dan penyebar ketidakbenaran. Ini pengingat bagi kita semua,” tambahnya.

Perayaan ini turut dijaga oleh Pecalang, Linmas, dan aparat kepolisian, mencerminkan kuatnya harmoni antarumat beragama di lereng Bromo.

Kapolsek Sumber, IPTU Suyono, memastikan prosesi berlangsung tertib. “Aman terkendali. Kepolisian siap mendukung keamanan selama rangkaian ibadah berlangsung,” katanya.

Camat Sumber, Nur Rahmad Sholeh, pun menyampaikan apresiasinya. “Perayaan Nyepi di Tengger bukan hanya ritual keagamaan, tapi juga simbol persatuan dalam keberagaman. Selamat Hari Raya Nyepi bagi seluruh umat Hindu.”

Perayaan Nyepi terdiri dari empat tahapan utama. Yakni Melasti – Pensucian diri dengan mengambil air suci (patirtan) dari Bukit Widodaren. Tawur Kesanga – Persembahan kepada alam semesta dan pembakaran ogoh-ogoh sebagai simbol pemurnian diri.

Kemudian Catur Brata Nyepi – Sehari penuh hening tanpa api (amati geni), hiburan (amati lelanguan), perjalanan (amati lelungan), dan pekerjaan (amati karya). Diakhiri dengan Ngembak Geni – Kembali menjalani aktivitas dengan hati yang telah dibersihkan.

Bagi masyarakat Tengger, Nyepi bukan hanya soal ritual, tetapi juga momen untuk merefleksikan diri, menjaga keseimbangan alam, dan memperkuat nilai-nilai kebersamaan. (lai/saw)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.