Probolinggo (WartaBromo.com) – Setiap tanggal 27 Ramadan, pemandangan di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota Probolinggo berubah drastis. Ratusan hingga ribuan warga Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo berbondong-bondong turun dari kapal motor, siap menuju pusat kota untuk berbelanja keperluan Lebaran. Tradisi tahunan yang dikenal dengan Petolekoran ini sudah berlangsung turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat pesisir tersebut.
Tradisi Berbelanja Massal yang Tak Pernah Pudar
Pagi itu, puluhan kapal bersandar bergantian di pelabuhan. Begitu menjejak daratan, para warga, yang sebagian besar ibu-ibu dan anak-anak, segera bergerak menuju kawasan pertokoan di Jalan Dr. Soetomo dan Panglima Sudirman. Baju baru, sandal, sarung, sembako, hingga perhiasan menjadi incaran utama.
“Setiap tahun pasti ikut Petolekoran. Saya belanja baju, alat dapur, dan keperluan lainnya buat Lebaran,” ujar Rahmah, salah satu warga Gili Ketapang yang datang bersama keluarganya.
Tradisi ini bukan sekadar berbelanja, tetapi juga momen sosial bagi warga. Banyak dari mereka datang berombongan, menjadikan perjalanan ini sebagai kesempatan untuk berkumpul dan berbagi cerita.
Berkah bagi Tukang Becak dan Penyeberangan
Tak hanya pedagang, para tukang becak dan pemilik kapal motor juga merasakan berkah dari tradisi ini. Tarif sekali antar ke pusat perbelanjaan berkisar Rp20 ribu per penumpang, dan dalam sehari seorang tukang becak bisa mendapat lebih dari delapan penumpang—jauh lebih banyak dibanding hari biasa.
“Kalau hari biasa paling cuma tiga sampai empat kali antar, tapi kalau Petolekoran bisa 8-10 kali. Alhamdulillah, rezeki tambahan,” ungkap Salam, seorang tukang becak, Kamis (27/3/2025).
Sementara itu, pemilik kapal motor pun mendapat pemasukan lebih. Dengan meningkatnya jumlah penumpang, perjalanan bolak-balik Gili Ketapang-Probolinggo menjadi lebih padat dari biasanya.
Pesan Keamanan dari Polisi
Di tengah antusiasme masyarakat, Kasat Binmas Polres Probolinggo Kota AKP Imam S mengingatkan warga untuk tetap waspada. Ia meminta warga berhati-hati saat mengambil uang di ATM dan menghindari membawa uang tunai dalam jumlah besar.
“Jika mengalami atau melihat tindak kejahatan, segera hubungi Hotline Polres Probolinggo Kota di 110,” pesannya.
Ia juga mengimbau warga yang akan mudik untuk memastikan rumah dalam keadaan aman sebelum ditinggalkan, seperti mengunci pintu dan jendela serta memeriksa gas dan listrik.
Antusiasme Masih Tinggi Meski Jumlah Warga Berkurang
Tahun ini, jumlah warga yang mengikuti Petolekoran tampak sedikit berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Beberapa faktor seperti hasil tangkapan ikan yang menurun dan sebagian warga yang memilih berbelanja lebih awal menjadi penyebabnya.
Namun, bagi Abdul Manap, seorang nelayan setempat, tradisi ini tetap penting. “Petolekoran ini seperti hobi. Hasil tangkapan ikan sedikit atau banyak, tetap saja kami berbelanja bersama di hari ini,” katanya.
Meskipun mengalami perubahan seiring waktu, Tradisi Petolekoran tetap menjadi bagian dari identitas warga Gili Ketapang—bukan hanya soal belanja, tetapi juga tentang kebersamaan dan persiapan menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan suka cita. (lai/saw)