Menikmati Buka Bersama Komunitas Syiah di Pasuruan

211

Oleh: Amal Taufik

Suasana simpang empat Kancilmas, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan, penuh dengan kendaraan pada Minggu (16/03/2025) sore pukul 16.30. Mobil dan motor berjejalan, hingga kendaraan bergerak pun sulit.

Saya yang melaju dari Jalan Salem, juga agak kesulitan ketika hendak belok ke arah Jalan Lumba-Lumba. Warga rupanya masih antusias untuk berburu jajanan takjil di hari ke-16 bulan Ramadan ini.

Gerimis turun ketika saya akhirnya tiba di Gedung Graha Diponegoro. Sore itu, di dalam gedung tersebut sedang digelar buka bersama sekaligus peringatan Milad Sayyidina Hasan, cucu Nabi Muhammad SAW. Acara Milad Sayyidina Hasan ini rutin diperingati warga Syiah di Pasuruan tiap tanggal 15 Ramadan. Biasanya acara ini digelar di Pondok YAPI Putri.

“Mungkin sudah dua tahun ini digelar di Gedung Diponegoro,” kata Yudi (42), salah satu jemaah yang hadir.

Ketika masuk gedung, saya disambut beberapa remaja laki-laki berpakaian gamis warna putih. Mereka menyapa ramah dan memberi saya paket takjil. Isinya dua sisir pisang, buah jeruk, beberapa butir kurma dalam plastik klip, dan sebotol air mineral.

Ratusan jemaah di dalam gedung tampak khusyuk menyimak ceramah yang sedang berlangsung saat itu. Saya duduk bersebelahan dengan dua pria berseragam ormas Pemuda Pancasila. Ceramah yang dibawakan oleh Ustaz Hud Assegaf sore itu berisikan tentang teladan sosok Sayyidina Hasan dalam ketakwaaan, kedermawanan, keikhlasan hingga ketaatan terhadap agama Islam selama laku hidupnya.

Sekitar pukul 17.35, panitia mulai sibuk riwa-riwi membagikan minuman dingin. Sebagian remaja yang tadi menyapa tamu di pintu masuk, kini terlihat sibuk menenteng rak piring tentengan berisi hidangan berbuka. Sebagian lainnya mendorong food trolley berisi hidangan yang sama. Hidangan berbuka sore itu: nasi biryani lengkap dengan sepotong daging kambing empuk dan acar timun.

Wakil Ketua Yayasan Al Itrah Bangil, Ja’far Assegaf, sekaligus panitia acara mengungkapkan, acara ini memang digelar oleh komunitas Syiah. Namun begitu, pihaknya juga mengundang warga umum. TNI dan Polri juga diundang. Babinsa dan Bhabinkamtibmas terlihat duduk di barisan depan. Komunitas Gusdurian juga hadir beberapa saat setelah berbuka puasa.

“Ya ini peringatan kelahiran cucu Nabi Muhammad SAW. Kita semua umat Islam penting untuk meneladani sejarah hidup beliau. Tentu untuk nge-charge keimanan kita,” ujarnya.

Ja’far menjelaskan, warga Syiah di Indonesia adalah Syiah Itsna Asyariyah atau Syiah Dua Belas Imam. Syiah Itsna Asyariyah di seluruh dunia saat ini memiliki dua rujukan Marja’ Taklid, yakni Ayatullah Sayyid Ali Khamenei di Iran dan Ayatullah Sayyid Ali al-Sistani di Irak. Untuk warga Syiah di Indonesia, sebagian besar merujuk pada Ayatullah Sayyid Ali Khamenei.

Berbicara tentang syiah di Indonesia, ingatan saya tidak bisa lepas bagaimana mereka pernah beberapa kali menjadi korban perlakuan diskriminatif dan bahkan persekusi. Pada tahun 2011, misalnya, pernah terjadi penyerangan terhadap Pondok YAPI yang berada di Desa Kenep.

Lalu yang paling menonjol adalah pada tahun 2012, komunitas Syiah di Kabupaten Sampang menjadi korban tindakan intoleransi hingga mengakibatkan satu orang meninggal dunia. Tak hanya itu, mereka juga harus mengungsi ke Sidoarjo selama lebih dari satu dekade. Dilansir dari BBC, pada tahun 2023, ratusan warga Syiah ini akhirnya bisa pulang ke Sampang setelah dibaiat menjadi Sunni.

Sekretaris Jenderal DPP Ahlul Bait Indonesia (ABI), Ali Ridho mengatakan, konflik-konflik bernuansa sektarian seperti itu dipengaruhi oleh banyak faktor. Jarang ada yang terjadi secara alamiah, apalagi jika sifatnya komunal.

“Pasti ada penyebab dan fasilitatornya. Kita lihat mungkin konflik di Indonesia tidak terlepas dari adanya gejolak-gejolak di timur tengah. Itu seringkali seperti itu. Sangat berdampak,” katanya.

Kini warga Syiah di Indonesia sudah memiliki organisasi legal tingkat nasional yang bernama Ahlul Bait Indonesia (ABI). ABI juga telah dibentuk di tingkat wilayah dan daerah di berbagai provinsi serta kota/kabupaten di Indonesia. Organisasi ini, selain sebagai sarana membangun jejaring antar warga Syiah, juga untuk melindungi warga Syiah di Indonesia.

“Kalau dulu entitas syiah itu berbasis di majelis taklim dan yayasan yang sifatnya lokal. Tidak berjejaring secara nasional. Dengan adanya ABI, sekarang sudah berjejaring nasional. Misalnya ABI di daerah jadi korban tindakan intoleran, yang bersuara Jakarta, yang membantu provinsi, dan lembaga hukum ABI akan berjalan.”

Syiah, menurut Ridho, sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Orang Islam yang bermadzhab Syiah sudah ada di Indonesia sejak dulu. Harapandi Dahri dalam bukunya yang berjudul Tabot Jejak Cinta Keluarga Nabi di Bengkulu (2009) menyebutkan, pengaruh Syiah terhadap tradisi dan budaya di Indonesia salah satunya bisa dilihat dalam Festival Tabot Bengkulu.

Dahri membeberkan, tabot pertama kali dibawa oleh orang-orang muslim India ke Indonesia. Orang-orang India dari Bengala ini didatangkan Inggris pada abad ke-17 sebagai serdadu dan pekerja untuk membangun Benteng Marlborough di Bengkulu. Tabot diselenggarakan untuk mengenang meninggalnya Sayyidina Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, di Perang Karbala. Tradisi ini digelar selama 10 hari, yakni mulai tanggal 1 Muharam hingga tanggal 10 Muharram.

“Perayaan tabot merupakan praktik Syiah kultural di Indonesia. Pada prinsipnya tradisi tabot memiliki hubungan dengan paham Syiah, yang dibuktikan dengan arak-arakan tabot yang pesannya menggambarkan ritus penghormatan atas wafatnya Imam Husain di Karbala,” demikian tulis Dahri dalam bukunya.

Ja’far mengatakan, situasi saat ini mungkin sudah agak berbeda dengan tahun 2011, 2012, dan beberapa tahun setelah itu, di mana ujaran kebencian, stigma negatif terhadap Syiah mudah ditemui di media sosial. Saat ini, ruang-ruang kebebasan berekspresi bagi warga Syiah sudah makin lebar.

“Kalau penolakan dari orang per orang mungkin masih ada. Konten-konten hate speech masih kita temui, meski jumlahnya tidak sebanyak dulu. Tetapi secara umum, seperti aparatur negara dan lainnya, mereka welcome. Kami, misalnya, saat mengurus izin kegiatan internal atas nama komunitas atau ormas ABI tidak mengalami kendala yang berarti,” tutur Ja’far.

Di beberapa daerah, warga Syiah sudah secara terbuka menunjukkan identitasnya sebagai pengikut Madzhab Syiah dan hal tersebut tidak menjadi masalah, selama tidak memicu gesekan dengan madzhab lain atau mengganggu kerukunan. Justru, kata Ja’far, dengan begitu pihaknya bisa memberikan penjelasan atau memberikan klarifikasi jika ada stigma negatif terhadap Madzhab Syiah.

“Saya kira itu akan mengikis pemahaman yang keliru tentang Syiah. Orang akhirnya akan tahu bahwa Syiah tidak berbeda. Al Quran-nya sama. Nabinya sama. Salatnya juga lima waktu. Puasa juga ketika Ramadan. Ibadah haji juga ke Makkah. Perbedaan yang paling esensial dan paling pokok antara Madzhab Syiah dengan madzhab lain itu di wilayah pemahaman tentang kepemimpinan setelah Nabi Muhamad wafat.”

Pada pertemuan malam itu, Ja’far juga meluruskan jika masih ada stigma yang menyebut bahwa Syiah mengancam NKRI. Ia menegaskan bahwa pemahaman warga Syiah di Indonesia tentang nasionalisme sudah final. “Kami bersepakat NKRI harga mati. Kami sepakat dengan UUD 1945 dan Pancasila. Itu sudah final,” ujarnya.

Menurut dia, dalam ajaran Madzhab Syiah, membela negara adalah sebuah kewajiban dan cinta tanah air merupakan bagian dari agama. Artinya, jika masih tersebar stigma bahwa Syiah akan merongrong NKRI atau mengganti sistem negara, ditegaskannya, itu sama sekali tidak benar.

Jam menunjukkan pukul 18.50, suasana Gedung Graha Diponegoro sepi. Para jemaah dan tamu undangan sudah pulang beberapa saat setelah salat maghrib dan berbuka. Tinggal beberapa panitia tampak membereskan perlengkapan acara, ada juga yang membersihkan sampah.

“Kami bukan warga Syiah yang tinggal di Indonesia, melainkan kami adalah warga Indonesia yang bermadzhab Syiah. Artinya apa? Bahwa kami adalah warga negara Indonesia. Kami lahir di Indonesia, tinggal dan hidup di Indonesia. Berarti Indonesia ini adalah bumi pertiwi yang harus kita jaga,” pungkas Ja’far. (asd)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.