Puasa Level Berapa?

14

Puasa, adalah formulasi bocoran Tuhan untuk menundukkan musuh abadi internal anak manusia itu. Bahkan lapar yang secara anatomis berpangaruh pada peredaran darah manusia, bisa juga sekaligus digunakan untuk membatasi gerak Iblis dalam aliran darah anak manusia.

Oleh Abdur Rozaq*

Imam Busyiri, dalam qasidahnya yang terkenal dalam buku Burdah, mengibaratkan Nafs sebagai seorang bocah yang takkan berhenti menyusu hingga tua jika tidak disapih. Ini artinya, Nafs akan terus memperbudak manusia hingga mereka masuk ke liang lahat.

Secara anatomis, efek kinerja Hawa bisa terlihat dari bagaimana seorang anak manusia memuja kenikamatan ragawi seperti menyantap makanan dan minuman lezat, beristirahat dan berpelesir di tempat mewah serta memuja kenikmatan syahwat farj atau alat kelamin. Hawa sebenarnya memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan Nafsu, namun Hawa lebih memuja kenikmatan ragawi di seputar perut serta alat kelamin.

Kembali kepada Nafsu sebagai pemeran kunci dalam “perang besar” dalam diri manusia, ia adalah “sosok” paling berbahaya. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bahkan pernah memberi peringatan keras terhadap bahaya, kekejian serta muslihatnya. Selepas Perang Badar terjadi, para sahabat beliau beranggapan telah menyelesaikan suatu perang besar. Maka Nabi menyanggahnya dengan sebuah sabda “Kita baru saja pulang dari perang kecil untuk menghadapi perang besar (jihad kubro)”. Para sahabat lalu bertanya “apa itu perang besar ya Rasulallah?” Beliau menjawab “perang melawan Nafsu.”

Nafsu menjadi makin berbahaya karena ia tak segan berkoalisi dengan Hawa, Akal bahkan Iblis beserta pengikut dan keturunannya untuk menghancurkan manusia. Seperti yang telah kita baca di awal tulisan tadi, Nafsu secara alamiah memang memiliki karakteristik angkuh, merusak dan tanpa belas kasihan. Bahkan terhadap tubuh yang menjadi inangnya selama berada di alam dunia –seorang anak manusia.

Allah, para Nabi, para sahabat bahkan ulama-ulama salaf telah merumuskan strategi-strategi khusus untuk membendung atau mengalahkan muslihatnya. Dan dari sekian banyak formulasi tersebut, sesuai dengan tuntunan wahyu, kebanyakan senjata paling ampuh untuk menghadapi atau paling tidak menjinakkannya, adalah dengan dengan rasa lapar.

Puasa, adalah formulasi bocoran Tuhan untuk menundukkan musuh abadi internal anak manusia itu. Bahkan lapar yang secara anatomis berpangaruh pada peredaran darah manusia, bisa juga sekaligus digunakan untuk membatasi gerak Iblis dalam aliran darah anak manusia.

Oleh karenanya, kedatangan Ramadhan, merupakan sesuatu yang patut kita syukuri, sekaligus mesti kita manfaatkan secara optimal. Ramadhan adalah bulan khusus bagi kita umat Nabi Muhammad SAW yang memiliki berbagai keterbatasan, termasuk singkatnya harapan hidup serta lemahnya fisik dibanding umat-umat terdahulu. Sejak bulan Rajab Nabi menganjurkan agar kita banyak berdoa supaya diberi berkah pada bulan Rajab serta Sya’ban, dan dipanjangkan usia hingga turut merasakan “pesta” Ramadhan.

Lalu, bagaimana cara kita mengisi Ramadhan agar Nafs dan Hawa kita mengalami penempaan, dan kelak bisa meraih fithrah atau kesucian bayi saat Idul Fitri? Syaikh Utsman bin Hasan memberikan sebuah bocoran agar puasa kita tidak sia-sia. Beliau menjelaskan jika tingkatan puasa ada tiga macam. Yaitu puasa ‘Awam, puasa Khawash dan puasa Khawashul Khawash.

Puasa ‘Awam, adalah puasa yang hanya mencegah –bahkan hanya memindah jadwal—makan, minum serta berhubungan intim. Selebihnya, hati, pikiran serta tabiat kita belum ikut berpuasa. Puasa semacam ini, menurut Syaikh Utsman bin Hasan tidak ada nilai di sisi Allah, apalagi jika kita maksudkan untuk membakar Nafs serta Hawa. Puasa Khawash adalah puasa tingkat kedua. Jadi, selain tidak makan, minum serta berhubungan intim mulai terbit fajar hingga matahari tenggelam, kita juga mempuasakan seluruh anggota badan dari sesuatu yang dilarang syariat. Puasa tingkat ini melarang hati serta pikiran kita untuk melakukan “pelanggaran”. Adapun puasa Khawashul Khawash, adalah puasa yang sepertinya “tidak mungkin” bisa kita capai. Karena selain mempuasakan mulut, perut, seluruh organ tubuh, pikiran bahkan gerak hati, puasa jenis ini menolak segala hal selain Allah. Artinya, kita berpuasa terhadap duniawi, kesia-siaan hidup bahkan apa saja selain ridla Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Semoga, Ramadhan kali ini kita bisa benar-benar berpuasa, diberi pertolongan untuk mengisi setiap detiknya dengan nilai ibadah, terhindar dari kesia-siaan serta puasa kita lolos quality control Allah. Sehingga, kelak ketika Idul Fitri menjelang, kita mendapatkan kesucian bayi, tanpa dosa setitik pun. Amin.

*Cerpenis, Youtuber dan Ahli Terapi Refleksi

Disarikan dari Kitab Dzurratun Nasikhin, karya Syaikh Utsman bin Hasan

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.