Lumajang ( WartaBromo. com) – Petani di tujuh desa di Kabupaten Lumajang mengeluhkan kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat. Pasalnya, selama dua tahun terakhir, mereka kesulitan mendapatkan air irigasi akibat rusaknya Dam Kelerek di Sungai Mujur yang berhulukan Gunung Semeru.
Hingga kini, perbaikan dam tak kunjung dilakukan, menimbulkan kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran justru semakin menghambat pemulihan saluran irigasi.
Salah satu desa yang terdampak adalah Desa Kaliwungu, Kecamatan Tempeh.
Para petani di desa ini terpaksa menggunakan pompa air untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah mereka. Namun, hal ini meningkatkan biaya produksi pertanian, sementara hasil panen justru menurun akibat buruknya kualitas tanaman.
Selain Kaliwungu, enam desa lain di Kecamatan Tempeh dan Kunir juga mengalami kesulitan yang sama. Rusaknya dam menyebabkan saluran irigasi mati, bahkan banyak di antaranya kini dipenuhi sampah rumah tangga dan kotoran hewan.
Kondisi ini semakin memperburuk krisis air bagi para petani. Sanip, Ketua Kelompok Tani Desa Kaliwungu, mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak efisiensi anggaran terhadap perbaikan dam.
“Kalau tidak segera diperbaiki, pertanian di desa kami bisa semakin terpuruk,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Mardi, petani dari Desa Gesang. Ia mengeluhkan meningkatnya biaya operasional akibat penggunaan pompa air.
“Kami harus keluar biaya tambahan, sementara hasil panen menurun. Bahkan, rumput liar tumbuh subur karena air yang tidak stabil, membuat tanaman utama sulit berkembang,” jelasnya.
Para petani berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk memperbaiki dam yang rusak dan mengembalikan aliran irigasi. Jika kondisi ini terus berlanjut, mereka khawatir akan semakin banyak lahan pertanian yang gagal panen, mengancam ketahanan pangan dan ekonomi lokal. (rud)