Tosari (WartaBromo.com) – Wabah kematian mendadak menyerang ternak babi di lereng Gunung Bromo, tepatnya di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Hingga kini, puluhan ekor dilaporkan mati, menyebabkan kerugian hingga ratusan juta rupiah bagi para peternak.
Di Desa Wonokitri dan Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari, jumlah babi yang mati terus bertambah. Salah satu peternak, Rina Nikasari (40), mengaku kehilangan babi ternaknya yang berbobot 1,5 kuintal pada Selasa (11/2/2025) petang.
“Punya saya mati juga tadi, beratnya 1,5 kuintal,” ujarnya.
Menurut Rina, kematian ternak ini tergolong langka karena terjadi secara tiba-tiba dengan gejala serupa.
“Tiga hari tidak mau makan, tidak mau minum. Dan dua hari tidak bangun,” jelasnya.
Kerugian pun tak terhindarkan. Seekor babi dengan berat lebih dari 1 kuintal biasanya bisa dijual seharga Rp 5 juta hingga Rp 7 juta.
“Kalau mati gini rugi, bisa dijual dengan harga Rp 7 jutaan,” tambahnya.
Berdasarkan data yang dihimpun sejak Januari hingga Selasa (11/2/2025), sudah ada sekitar 75 babi mati di dua desa tersebut.
“Di Desa Wonokitri hampir 90 persen warga punya ternak babi. Harga jual per ekor bisa Rp 10 juta, jadi kalau 25 babi mati, kerugian bisa tembus Rp 200 juta lebih,” ungkap Wirya, Kepala Desa Wonokitri.
Pemerintah Kabupaten Pasuruan telah turun tangan dengan mengambil sampel darah untuk diperiksa di laboratorium guna mengetahui penyebab kematian massal ini.
“Sudah ada dinas yang datang, ngambil beberapa sampel darah nanti diuji, biar tahu penyakitnya,” tambahnya.
Hingga kini, para peternak masih menunggu hasil uji laboratorium dan berharap ada langkah cepat dari pemerintah untuk mencegah kerugian lebih besar. (don)