Rembang (WartaBromo.com) – Kondisi jembatan bambu yang menjadi penghubung antara Dusun Sembon Utara dan Dusun Tengah, Desa Kedungbanteng, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, semakin memprihatinkan.
Jembatan darurat yang terbuat dari bambu ini sudah bertahun-tahun menjadi akses penghubung bagi warga, termasuk anak-anak yang harus melewatinya setiap hari untuk berangkat ke sekolah. Jembatan yang mulai tampak rapuh tersebut terus digunakan meski ancaman bahaya selalu mengintai.
Basuni (34), salah seorang warga Dusun Sembon Utara Desa setempat, menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya, sudah hampir lima tahun jembatan ini tak kunjung diperbaiki padahal warga telah berkali-kali meminta perbaikan kepada pemerintah desa setempat.
Bagi warga, jembatan ini adalah akses penting terutama bagi anak-anak yang pergi ke sekolah maupun pergi mengaji di Dusun seberang. Sayangnya, setiap permintaan perbaikan hanya berujung pada janji yang tak pernah terealisasi.
“Alih-alih diperbaiki atau dibangun baru. Yang ada hanya janji-janji yang tak pernah terbukti,” ucap Basuni dengan nada kecewa.
Dulunya, katanya, jembatan ini terbuat dari beton. Namun, lima tahun lalu, terkena luapan air yang menghancurkannya, dan sejak itu, jembatan sementara dibuat dari bambu dan kayu menjadi satu-satunya penghubung antara dua dusun.
Setiap hari, anak-anak yang hendak ke SD, Madrasah Diniyah (Madin), dan TPQ di Dusun Tengah, harus melintasi jembatan rapuh ini dengan hati-hati. Minimnya penerangan di malam hari membuat perjalanan semakin berbahaya.
Salah seorang warga lainnya Wakhid (55) menerangkan jika Jembatan yang ada sekarang telah beberapa kali diperbaiki menggunakan bahan bambu dan kayu seadanya, semuanya dari hasil swadaya masyarakat setempat.
“Dana desa yang katanya miliaran rupiah, tapi nyatanya tak bisa membangun jembatan kecil ini. Miris, apalagi ini akses utama bagi anak-anak sekolah,” tambah warga lainnya.
Tanggapan Pihak Desa: Perbaikan Tertunda karena Prioritas Lain
Menanggapi keluhan warga, Pj Kepala Desa Kedungbanteng Ilham yang baru menjabat sejak 2023, mengakui bahwa pihak desa sebenarnya sudah berencana mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jembatan. Namun, lantaran ada prioritas lain yang harus dipenuhi, pembangunan jembatan tersebut urung dilakukan.
“Sebenarnya rencananya sudah ingin kita laksanakan perbaikan. Namun tertunda karena ada kebutuhan lainnya,” ujarnya.
Meski demikian dari hasil musyawarah pihak desa akan memberikan prioritas perbaikan jembatan ini agar bisa masuk dalam anggaran desa tahun 2025, sehingga pembangunan bisa direalisasikan pada tahun 2026.
“Semoga di tahun 2026 bisa dibangun. Soalnya pilkades rencana akan digelar tahun 2025 ini,” tambahnya.
Tak hanya itu, saat ini dirinya juga terus berkomunikasi dengan pemerintah daerah terutama dinas terkait agar mendapatkan prioritas pembangunan menyusul lokasi jembatan berada di areal pertanian.
“Kita juga sudah ajukan ke dinas. Jadi kita sudah berupaya maksimal untuk ini, ” tandasnya.
Meskipun perbaikan permanen belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, pihak desa akan memberikan bantuan sementara berupa bantuan tunai swadaya kepada warga untuk renovasi jembatan tetap kokoh sebelum perbaikan permanen dilakukan. (yog)