Pikiran Cak Manap memang sedang ngelambyar karena barusan diomeli sang istri. Pasalnya, Cak Manap pulang dengan tangan hampa, tepatnya hanya membawa tabung gas elpiji kosong setelah mendapat surat perintah antri gas elpiji di pangkalan resmi.
Oleh : Abdur Rozaq
Konon, dunia ini panggung sandiwara. Tapi di negara Cak Manap sandiwaranya kok begitu banyak ya? Trending topic silih berganti, tapi kok rata-rata tentang berita buruk? Demikian batin Cak Manap dalam hati. Tukang ngarit itu tengar-tenger seraya menatap cicak yang sedang berkejaran di langit-langit warung Cak Sueb yang hampir ambrol. Siapa tahu sepasang cicak yang sedang birahi itu kawin, lalu jatuh ke tubuh Cak Manap. Konon, kejatuhan cicak kawin pertanda akan mendapat rejeki. Bisa jadi nomor togel cicak kawin akan keluar.
Pikiran Cak Manap memang sedang ngelambyar karena barusan diomeli sang istri. Pasalnya, Cak Manap pulang dengan tangan hampa, tepatnya hanya membawa tabung gas elpiji kosong setelah mendapat surat perintah antri gas elpiji di pangkalan resmi. Cak Manap sudah antri sesuai instruksi juragan wedok alias sang istri. Tapi ketika tiba antriannya, Cak Manap ditanya KTP. Karena tak membawa KTP, Cak Manap terpaksa pulang memgambil kartu sakti itu. Ketika kembali tiba di pangkalan, stok LPG sudah habis.
Warung sebenarnya ramai oleh orang rasan-rasan, tapi Cak Manap tetap dengan keheranannya. Ia ndepis di pojok warung seraya tetap mengamati sepasang cicak yang sedang mandi besar, lalu memberaki kalender caleg di tabing warung Cak Sueb. ‘Kok bisa, ya?’ batin Cak Manap lagi. Lamunannya buyar ketika Mahmud Wicaksono neblek punggung Cak Manap seraya berkata “jaluk rokok e sak lencer, cak.” Cak Manap menyodorkan bungkus rokok murahnya yang kini harganya naik berkali lipat.
“Kok ngemalun ae?” Cecar Mahmud Wicaksono.
“Gregeten, Mas. Masa beli gas elpji dimintai KTP, KK, difoto. Kenapa tidak sekalian diukur tinggi badan, diukur kehitaman kulit biar tahu kalau saya melarat,” jawab Cak Manap uring-uringan. Sepertinya Mahmud Wicaksono menjadi pelampiasan, seperti guru honorer yang uring-uringan kepada muridnya karena digaji murah.
“Ooo, itu bagus, cak. Itu upaya pemerintah untuk memastikan kalau gas LPG 3 kilogram benar-benar dibeli oleh orang-orang melarat seperti kita. Selama ini kan, masih banyak artis dan orang kaya yang membeli gas LPG yang sebenarnya untuk orang miskin itu,” jelas Mahmud Wicaksono seraya menyerobot kopi Cak Manap.
“Bagus apane, wong ribet begitu? Antri berjam-jam, setelah tiba antrian disuruh ambil KTP, pas bawa KTP, elpijinya sudah habis. Makanya saya diomeli jeragan wedok entek ngamek kurang golek.”
“Di HP kan sudah lama ada berita itu cak? Sampeyan kan sering melihat HP sambil wi-fi-an? Kenapa kok tak pernah baca berita itu?” Semprot Mahmud Wicaksono, terang-terangan membela pemerintah.
“Saya kalau lihat HP, kalau tidak melihat pengumuman togel ya lihat orkesan. Saya tukang ngarit, masa harus mengurusi LPG mundak segala…”
“Angel wes! Angeeeel, angeeeel.”
Pemerintah ini sedang toto-toto cak. Menata distribusi gas LPG subsidi biar tepat sasaran. Selama ini kan, LPG yang seharusnya dibeli orang miskin, juga dibeli orang kaya yang bermental miskin, kok. Sudah uangnya banyak, kadang main proyek nakal, masih tega memakai jatah subsidi yang harusnya untuk kita,” ujar Mahmud Wicaksono.
“Katanya menteri urusan LPG diingatkan presiden? Bahkan kata orang-orang di HP, menteri urusan LPG harus diberhentikan? Saya sepakat itu.”
“Halah, netizen di HP biasanya asal komentar, cak. Ada yang komentar suruh berhentikan, ikut-ikutan berkomentar suruh diberhentikan. Kadang orang berkomentar di HP sama sekali tidak paham dengan masalah sebenarnya. Masyarakat kita ya memang begitu. Malas membaca, malas memahami masalah, lalu asal njeplak, eh asal komentar.”
“Sik ta, saya lama-lama kok semakin curiga sampeyan ini mata-mata pemerintah yang pura-pura jadi tukang cukur,” ujar Cak Manap serius.
“Masya Allah cak. Masa ada mata-mata pemerintah jalukan rokok dan sering ngutang kopi?” Elak Mahmud Wicaksono.
“Lha selama ini, sampeyan kan sering membela pemerintah?”
“Bukan begitu. Demi keutuhan negara, saya ya harus memberi pengertian kepada sedulur sendiri. Sekarang zaman adu domba dan salah paham. Kalau dibiarkan, negara ini bisa bubar akibat adu domba para cangkem elek di HP. Lha kalau negara kacau, kapan cita-cita sampeyan untuk wayuh akan terlaksana?”
“Ya, benar juga ya? Negara ini harus tetap aman karena cita-cita saya itu belum juga terlaksana ya.”
“Wis talah sing nurut sama pemerintah. Enak-enak!”
“Sampeyan yakin pemerintah kita sudah benar dan pantas diturut?”
“Lha itu, yang saya belum yakin….” ujar Mahmud Wicaksono seraya kembali mengambil rokok Cak Manap.
*Penulis adalah cerpenis, youtuber dan ahli terapi refleksi. Hanya fiksi semata, kesamaan nama atau peristiwa hanya kebetulan semata