Surat Terbuka: Menanti Tindakan Nyata Bupati Terpilih atas Masalah Banjir di Winongan

65

Saya sedih melihat orang tua saya, yang seharusnya bisa beristirahat di rumah, harus membersihkan lumpur dan air yang terus menerjang. Anak-anak terpaksa tidak bersekolah karena jalanan tak bisa dilewati akibat genangan air.

Oleh : Muhammad Irfan Maulana*

Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Jember yang berasal dari Dusun Gambiran Indah, Desa Bandaran, Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan, saya ingin menyampaikan suara hati kepada Bupati terpilih, Bapak Rusdi Sutejo.

Pemilu telah berlalu, dan demokrasi sudah ditunaikan. Kini, bapak telah dipercaya untuk memimpin Kabupaten Pasuruan. Dengan penuh kepercayaan, kami berharap Bapak memegang amanah ini dengan baik dan menyelesaikan masalah yang selama ini menghantui kehidupan kami.

Salah satu permasalahan yang paling meresahkan di Dusun Gambiran Indah Desa Bandaran adalah banjir. Sebagai masyarakat yang tinggal di sini, saya merasakan bagaimana banjir sudah menjadi “tamu” langganan yang semakin hari semakin parah. Mulai 6 Desember hingga saat ini, banjir telah terjadi sebanyak 12 kali, dengan kemungkinan banjir mencapai 40%. Angka ini tidak hanya menjadi statistik, tetapi merupakan bukti nyata dari penderitaan yang dirasakan masyarakat.

Saya sedih melihat orang tua saya, yang seharusnya bisa beristirahat di rumah, harus membersihkan lumpur dan air yang terus menerjang. Anak-anak terpaksa tidak bersekolah karena jalanan tak bisa dilewati akibat genangan air.

Lalu, muncul pertanyaan mendasar, “Mengapa banjir ini bisa terus terjadi?”

Sebagai mahasiswa pertanian yang sedikit memahami ilmu konservasi, saya berpendapat bahwa banjir yang kami alami bukan sekadar takdir atau ulah alam semata. Ada faktor manusia yang turut memperparah kondisi ini, terutama di daerah pegunungan seperti Gunung Penanjakan, Bromo.

Hutan-hutan di sana kini sudah beralih fungsi menjadi lahan pertanian, dengan mayoritas ditanami kentang. Parahnya lagi, praktik penanaman kentang ini dilakukan searah lereng, yang justru meningkatkan risiko erosi dan mempercepat aliran air hujan menuju dataran rendah.

Dalam ilmu konservasi, kita diajarkan bahwa lahan curam di pegunungan seharusnya tidak dijadikan area pertanian tanpa menerapkan teknik yang tepat. Ketika tanaman seperti kentang ditanam tanpa mematuhi kaidah konservasi, air hujan tidak akan terserap dengan baik ke dalam tanah. Akibatnya, tanah lebih mudah terkikis dan longsor.

Lumpur dan air yang turun dari pegunungan tersebut masuk ke sungai, lalu menyebabkan banjir bandang di daerah hilir, seperti di dusun kami.

Saya pernah melakukan penelitian tentang tingkat erosi di lahan pertanian di kawasan pegunungan selama satu tahun. Hasilnya, lahan curam yang digunakan untuk pertanian memiliki tingkat erosi yang jauh lebih tinggi dibandingkan lahan yang dikelola dengan teknik konservasi.

Namun, saya tidak ingin menyalahkan para petani di daerah tersebut. Mereka bertani karena itu adalah sumber penghidupan mereka, dan mungkin mereka belum mengetahui teknik bertani yang lebih ramah lingkungan. Di sinilah saya berharap, pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak Rusdi Sutejo dapat hadir untuk memberikan edukasi kepada para petani tentang metode pertanian yang lebih berkelanjutan, seperti agroforestri atau metode konservasi lainnya.

Saya masih ingat, saat debat pemilihan bupati kemarin, Bapak dengan tegas berjanji akan menangani masalah banjir ini dari hulu ke hilir. Kami, masyarakat Dusun Gambiran Indah, masih menunggu janji itu terwujud. Semoga setelah Bapak dilantik nanti, Bapak segera bertindak untuk menyelesaikan masalah banjir yang telah menyengsarakan banyak pihak ini.

Harapan kami besar, Pak.

Masyarakat seperti Pak Guru Miskat, yang sudah berusia 85 tahun dan tinggal di Gambiran, masih menanti dengan harap agar Bapak dapat membawa perubahan yang nyata. Di usia yang sudah senja, semestinya beliau bisa menikmati masa tuanya dengan tenang, tanpa harus khawatir rumahnya kebanjiran setiap saat.

Sebagai mahasiswa pertanian dan Pemuda Dusun Gambiran Indah, kami berharap tindakan nyata dari pemerintah segera hadir, demi masa depan yang lebih baik. Jangan biarkan kami terus-menerus hidup dalam bayang-bayang banjir.

*)Mahasiswa Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Jember asal Dusun Gambiran Indah, Desa Bandaran, Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan.

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.