Probolinggo (WartaBromo.com) – Memasuki tahun 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo meningkatkan kewaspadaan di seluruh wilayah kabupaten, mengingat daerah ini masuk dalam kawasan rawan bencana. Tahun 2024 lalu, tercatat sebanyak 120 kejadian bencana terjadi, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Wilayah Kabupaten Probolinggo memiliki kerentanan terhadap berbagai jenis bencana alam yang tersebar hampir merata di seluruh kecamatan, baik di dataran tinggi maupun rendah.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Probolinggo, Zubaidullah, menegaskan bahwa seluruh wilayah perlu mendapat perhatian karena memiliki potensi bencana yang sama, meskipun jenisnya berbeda.
“Semua wilayah kami waspadai karena memiliki potensi bencana yang sama. Jenis bencananya saja yang berbeda,” ujar Zubaidullah, Jumat (3/1/2025).
Sepanjang 2024, dari Januari hingga Desember, Kabupaten Probolinggo mencatat 120 insiden bencana, dengan rincian 39 insiden kebakaran hutan, lahan, dan rumah.
Kemudian 27 insiden cuaca ekstrem dan angin kencang, 25 insiden banjir dan genangan, 17 insiden tanah longsor. Juga 6 insiden gelombang ekstrem dan abrasi. Serta insiden kekeringan dan kecelakaan air masing-masing 1 kali.
Dari seluruh jenis bencana, kebakaran menjadi bencana yang dominan selama musim kemarau, sedangkan cuaca ekstrem dan angin kencang lebih sering terjadi saat musim hujan, baik di dataran tinggi maupun rendah.
Jika dibandingkan dengan tahun 2023, jumlah kejadian bencana meningkat. Pada 2023, hanya tercatat 91 kejadian, di mana tanah longsor mendominasi dengan 36 insiden, disusul oleh cuaca ekstrem (20 insiden), kebakaran hutan dan lahan (19 insiden), banjir (13 insiden), serta kekeringan dan kecelakaan air masing-masing 1 insiden.
Zubaidullah mengungkapkan, meskipun fenomena alam sulit diprediksi secara pasti, penting untuk melakukan mitigasi dan penanganan yang serius. Untuk itu, BPBD telah berupaya melakukan koordinasi intensif, baik dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) maupun masyarakat.
“Sinergi dalam mitigasi dan evakuasi sangat diperlukan agar dampak bencana dapat diminimalisir. Selain itu, masyarakat juga memegang peran penting dalam mengantisipasi dan melakukan mitigasi bencana,” jelasnya. (saw)