Probolinggo (WartaBromo.com) – Sebanyak lebih dari 200 ribu warga Kabupaten Probolinggo memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya dalam Pilkada 2024. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Probolinggo menyebut jarak TPS dan hujan menjadi faktor utama penurunan partisipasi masyarakat.
KPU mencatat, partisipasi masyarakat tahun ini hanya mencapai 71,98 persen, mengalami penurunan dibandingkan Pilkada sebelumnya. Bahkan terendah dalam 4 kali gelaran Pilbup Probolinggo secara langsung.
Dari 872.218 orang yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), hanya 627.691 warga yang datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk memberikan hak pilihnya. Sebaliknya, sebanyak 244.257 warga memilih golput.
Angka ini menunjukkan penurunan jika dibandingkan Pilkada 2018. Di mana tingkat partisipasi masyarakat mencapai 73 persen dengan 628.896 pemilih yang menggunakan hak suara.
Penurunan tingkat partisipasi masyarakat ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Berdasarkan data, tren partisipasi Pilkada Kabupaten Probolinggo cenderung terus menurun sejak pemilihan kepala daerah digelar langsung oleh masyarakat.
Ketika digelar pertama kali pada 2008, tingkat partisipasi mencapai 78 persen (646.073 pemilih dari 824.782 DPT). Pada pilkada selanjutnya, yakni 2012, partisipasi menurun menjadi 75 persen (629.274 pemilih dari 842.890 DPT).
Pada pagelaran pilkada langsung ketiga, yakni 2018, penurunan kembali terjadi. Partisipasi kembali turun menjadi 73 persen (628.896 pemilih dari 845.901 DPT).
Tahun ini, angka partisipasi mencapai titik terendah, yakni 71,98 persen (627.691 pemilih dari 872.218 DPT).
Komisioner KPU Kabupaten Probolinggo, Bayu Rizky Pramudya Ersandhi, mengungkapkan bahwa faktor geografis turut memengaruhi penurunan partisipasi ini. Jarak antara rumah warga dengan TPS yang cukup jauh menjadi kendala.
Faktor lainnya adalah hujan lebat yang melanda hampir seluruh kecamatan pada hari pemungutan suara. Sehingga orang malas untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak suaranya.
“Selain itu, hujan lebat yang terjadi hampir di semua kecamatan pada hari pemungutan suara juga menjadi salah satu alasan utama,” ujar Koordinator Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM itu, Kamis (5/12/2024).
Namun, faktor itu dianggap hanya alibi saja oleh Mustofa, liason officer paslon dr. Moh Haris – Fahmi AHZ. Ia menyebut hujan saat pencoblosan hanya terjadi di sebagian daerah saja, tidak bisa dipukul rata.
“Ketidak-mampuan KPU dalam menarik animo masyarakat, padahal biaya pilkada ini besar sekali. Ini harus menjadi evaluasi bagi penyelenggara kenapa trennya selalu menurun,” kata Mustofa.
Di sisi lain, kata Mustofa, paslon sudah cukup maksimal dalam menggaet pemilih. “Coba lihat setiap kampanye Gus Haris-Ra Fahmi yang selalu dipenuhi oleh massa. Fakta lain yakni banyak warga yang pulang dari merantau hanya untuk mencoblos paslon Sae,” tandasnya.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi KPU untuk terus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pesta demokrasi. Diharapkan langkah-langkah strategis dapat diambil ke depannya agar pemilu semakin inklusif dan partisipatif. (aly/saw)