Probolinggo (WartaBromo.com) – Kota Probolinggo masih berhadapan dengan masalah stunting yang belum teratasi. Berdasarkan data Dinkes PPKB Kota Probolinggo, per Oktober 2024, angka prevalensi stunting mencapai 11,32%. Salah satu faktor utama yang dianggap berkontribusi pada tingginya angka ini adalah maraknya pernikahan dini.
Menurut dr. Nurul Hasanah Hidayati dari Dinkes PPKB Kota Probolinggo, Kecamatan Kanigaran menjadi wilayah dengan angka stunting tertinggi dibandingkan empat kecamatan lainnya di kota tersebut.
“Kasus tertinggi ada di Kecamatan Kanigaran, namun kecamatan lain juga memiliki kasus stunting,” ungkap dr. Ida, panggilan akrab dr. Nurul Hasanah Hidayati, Rabu (13/11/2024).
Dari data yang diterima Dinkes, tercatat ada 30 pernikahan dini sepanjang tahun ini, tersebar di lima kecamatan di Kota Probolinggo, dengan Kanigaran menduduki posisi teratas dengan 9 kasus, disusul oleh Mayangan dengan 8 kasus, Kademangan 5 kasus, serta Kedopok dan Wonoasih masing-masing 4 kasus.
Dinkes PPKB Kota Probolinggo menyadari bahwa pernikahan dini dapat berdampak pada ketidaksiapan fisik, gizi, dan mental remaja putri yang mengarah pada peningkatan risiko stunting pada anak.
Untuk itu, mereka bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo untuk memberikan edukasi mengenai pendewasaan usia pernikahan.
“Kami sudah melakukan sosialisasi bersama MUI untuk mengedukasi anak muda terkait pentingnya pendewasaan usia pernikahan,” kata dr. Ida.
Ketua MUI Kota Probolinggo, KH Nizar Irsyad menyebut, pihaknya cukup prihatin dengan masih tingginya pernikahan anak di Kota Probolinggo. Karenanya MUI menyambut baik kolaborasi yang ditawarkan oleh Dinkes PPKB Kota Probolinggo.
“Menjadi salah satu tugas kami dalam memberikan edukasi atau penyuluhan kepada orang tua dan anak-anak muda, agar menikah di usia yang cukup sesuai undang-undang perkawinan,” katanya secara terpisah.
Dinkes Kota PPKB Probolinggo juga terus menjalankan program pencegahan stunting melalui berbagai inisiatif, termasuk pemberian makanan tambahan, tablet tambah darah bagi remaja, dan kampanye makan sehat bergizi untuk ibu hamil.
Terkait hasil survei SKI 2023 yang menempatkan Kota Probolinggo di peringkat kedua untuk prevalensi stunting, dr. Ida menjelaskan bahwa angka tersebut didasarkan pada metode sampling.
Ia juga menekankan pentingnya peran ibu untuk memanfaatkan layanan posyandu bagi pemantauan gizi anak. “Kami mengajak semua ibu di Kota Probolinggo untuk rutin mendatangi posyandu guna memantau perkembangan anak,” tambahnya.
Dengan langkah-langkah kolaboratif ini, Dinkes berharap dapat menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda di Kota Probolinggo. (saw)