Terawang Wong Kopian: Pelantikan Presiden di Minggu Kliwon

139

“Gus, dunia sedang resesi lho, beberapa negara besar seperti Inggris dan Amerika paceklik. Apa mungkin kita akan bernasib lebih baik?”

Oleh: Abdur rozaq

Ibarat ikan, para peminum kopi di warung Cak Sueb sudah teler karena terkena potas. Hampir semua orang keseper, nafas pun Senin-Kamis. Jangankan orang-orang kecil seperti Mahmud Wicaksono, Mas Bambang LSM pun, sambat karena sepi job. Bisnis pengepul suara pilkada adem-ayem, para kontestan pemilu lokal tak lagi dermawan menghamburkan dana kampanye. Sekarang musimnya main alus, main deal-deal-an. Beberapa komunitasnya hanya diundang para danyang dan tim mbau reksonya, diminta mengerahkan suara massanya, nanti jika terpilih ada politik balas budi. Tak ada serangan fajar cash, semuanya serba pakai materai.

Konon, di alam bawah yang dihuni para kasta sudra seperti Mahmud Wicaksono, ekonomi sedang sakit. Padahal, di alam para ksatria bahkan alam para brahmana, sepertinya pesta masih sering berlangsung. Tak ada tanda-tanda buruk dan negara tetap makmur sejahtera.

Salah satu pertanda sakitnya ekonomi, rokok para peminum kopi itu berharga murah, bahkan banyak yang mulai membeli rokok tanpa cukai. Ini jelas melanggar hukum karena merugikan negara. Tapi bagaimana lagi? Mereka terlanjur kecanduan rokok, sedangkan harganya kian melambung. Niat hati ingin membantu pendapatan negara, tapi apalah daya, negara belum mampu membagi karunia kesehakteraan. Ada yang berdalih, membeli rokok tanpa cukai memang korupsi, tapi mereka meneladaninya dari para punggawa negeri.

Saking daruratnya keadaan, orang sama-sama tahu untuk tidak saling ngampung rokok kawannya. Jika kehabisan, sebisa mungkin memerangi hawa nafsu berhenti sejenak. Toh, kecanduan nikotin itu tidak baik. Cak Sueb, berkali-kali meminta maaf tak bisa menjadi IMF bagi para pelanggan yang tak mampu membayar kopi secara cash. Perusahaan Cak Sueb sedang goyah, jika subsidi kopi bagi para tukang bon tidak terkendali, perusahaan warung kopinya bisa kolaps.

Hampir semua orang, meminta kopinya diracik lebih manis demi menetralisir pahitnya hidup. Hampir semua obrolan, membahas tentang kesulitan hidup dan invasi buwuhan yang mengerikan. Ada yang sambat dengan fenomena penutupan jalan untuk terop hajatan, sekaligus tren sound system horeg dan lagu-lagu DJ pembuat jantung logrok. Ekspansi buwuhan, penutupan jalan umum dan sense menyetel sound yang kurang elegan, menambah pening banyak orang. Pikiran sudah spaneng, cicilan membuat banyak orang sering melamun, buwuhan menagih dengan semena-mena, sound systemnya membikin panas hati dan telinga.

Mahmud Wicaksono sering protes kepada tuan rumah hajatan seperti itu dengan cara tidak buwuh.

Gus Karimun yang sejak tadi menyimak keresahan para umatnya itu, akhirnya angkat bicara, dengan hati-hati sekali. Selain harus menambah durasi tirakat dan doanya demi menebus keresahan umat, kiai muda itu merasa perlu untuk memberikan sugesti. Dengan ucapan yang baik, dan kalau perlu suwuk ketenangan hati.

“Ibarat kemarau, saat ini memang lagi puncaknya. Laep entek-entekan. Tapi insya Allah menginjak tahun 2025 nanti, keadaan akan membaik,” kata Gus Karimun serius.

“Gus, dunia sedang resesi lho, beberapa negara besar seperti Inggris dan Amerika paceklik. Apa mungkin kita akan bernasib lebih baik?” Protes Mahmud Wicaksono. Tukang cukur itu memang selalu pesimis, makanya belum juga kaya. Pola pikirnya itu lho, kurang benar.

“Lha itu malah pertanda bahwa pulung akan pindah ke Asia. Negara-negara mesetak dan nggapleki itu sudah waktunya kukut. Sudah teralu lama kaya raya dari hasil nyopet dan bikin huru-hara di sana-sini. Makanya, insya Allah peradaban akan di restart dan para maling, provokator serta jambret akan dihukum.

Dulu kurang apa kaum Ad dan kaum Tsamud? Ambruk, kok,” ujar Gus Karimun memperkuat argumennya.

Semua orang menyimak serius, seperti menunggu pengumuman berapa angka togel yang keluar. Kabar baik dari orang seperti Gus Karimun, insya Allah lebih akurat daripada pernyataan seorang menteri, misalnya. Soalnya tanpa tendensi dan pencitraan.

“Inysa Allah, Indonesia akan berangsur membaik. Mbah Ronggowarsito dalam hasil istikarahnya, Mbah Sunan Giri dengan Jangka Jayabayanya, telah memberi kabar jika tahun depan, insya Allah kita akan memasuki tahun kolosebo, tahun kejayaan. Tahun ini masih tahun kolobendu, makanya banyak orang gak pokro yang dihakimi Allah dan dibuka topengnya.” Semua orang tetap menyimak dengan serius, seperti menyimak panggilan saat antri bansos.

“Entah kebetulan entah tidak, hari pelantikan presiden baru kita pun jatuh pada hari Minggu Kliwon. Hari baik yang insya Allah semakin mempertegas baiknya nasib Indonesia ke depan. Seorang pemimpin yang diantik pada hari Minggu Kliwon, insya Allah akan mengundang kesuburan tanah, memiliki tekad yang kuat, keseriusan dalam memimpin dan membawa kemandirian bangsa. Semoga saja, kedepan bangsa kita tidak mau didikte oleh bangsa manapun. Apalagi, Amerika sudah mulai stroke karena kebanyakan gelut dengan musuh yang selalu dicarinya. Lucunya, Inggris yang sudah terjerat bank titil sana-sini, malah demi gengsi ikut-ikutan gelut sana-sini.”

“Konon, dan semoga saja benar, pemimpin yang dilantik pada hari Minggu Kliwon, akan membuat negaranya ditakuti bangsa asing, omongannya dipercaya dan diikuti. Hebatnya, dalam memimpin, beliau akan melakukannya dengan penuh keriangan dan kegembiraan. Orang yang dilantik pada hari Minggu Kliwon, juga berani berkorban. Takkan segan rela miskin demi kemajuan negaranya. Hanya saja, fisiknya bisa lemah karena faktor makanan. Tapi ini rahasia lho ya? Sebab jika para begundal asing tahu, bisa mengirim mie ayam yang sudah dimantrai dukun santet kepada beliau.”

*Penulis adalah pengurus LTN NU Kab. Pasuruan & Youtuber

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.