Sukapura (WartaBromo.com) – Foto seorang anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan wajah lebam mendadak viral di media sosial dan pesan WhatsApp.
Awalnya, banyak yang menduga anak perempuan itu menjadi korban perundungan di sekolah. Namun, hasil penelusuran menunjukkan fakta berbeda.
Anak perempuan berinisial I.N.S., siswa kelas 5 SD di Sukapura, diketahui mengalami lebam karena insiden saat tantrum, bukan karena bullying.
Nur Kholifah, ibu dari I.N.S., membantah kabar miring tersebut. Warga Desa Ngepung, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo itu, menjelaskan bahwa anaknya memiliki kondisi khusus.
“Anak saya memang ABK, dengan gangguan komunikasi dan temperamen yang labil. Sejak kelas 3 SD, ia sering menyakiti diri sendiri ketika emosinya tidak stabil,” ujar Nur saat ditemui di rumahnya Dusun Petungsari, Selasa (15/10/2024).
Nur menjelaskan bahwa peristiwa lebam terjadi di sekolah saat I.N.S. bertugas piket. “Mood-nya sedang buruk, dan ia marah-marah. Saat begitu, ia membenturkan kepalanya ke meja hingga memar,” lanjutnya.
Kondisi I.N.S. sempat menimbulkan keresahan di lingkungan sekitar. Warga mengira gadis tersebut menjadi korban kekerasan teman-temannya. Akhirnya membuat foto I.N.S. tersebar luas di media sosial dan menimbulkan simpati warganet.
Pemerintah desa segera bertindak dengan membawa I.N.S. ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
“Kami langsung melakukan klarifikasi dengan keluarga dan sekolah. Setelah diselidiki, terbukti bahwa ini bukan kasus bullying, melainkan bagian dari kondisi khusus yang dialami anak tersebut,” jelas Kepala Desa Ngepung, Abdul Muhid.
Ia menambahkan bahwa pihak desa akan bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Probolinggo untuk memberikan pendampingan khusus kepada I.N.S. Guna memastikan kesejahteraan dan pendidikan yang tepat bagi anak tersebut.
Sementara itu, pihak sekolah mengungkapkan bahwa I.N.S. sempat ditolak beberapa sekolah lain karena kondisinya. Namun, mereka akhirnya menerima I.N.S. dengan penyesuaian kurikulum.
“Kami berusaha memfasilitasi I.N.S. sesuai dengan kemampuannya agar tidak merasa tertekan. Kami juga sudah terbiasa dengan tindakannya, meski insiden kali ini cukup parah,” terang Eko Apriyono, wali kelas I.N.S.
Sekolah dan pemerintah desa berharap, dengan adanya perhatian dan dukungan yang tepat, kondisi seperti ini dapat diatasi. Langkah pencegahan pun diharapkan bisa dilakukan agar insiden serupa tidak terulang di masa mendatang.
Kasus ini menjadi pengingat penting akan pentingnya pemahaman dan pendampingan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Supaya mereka dapat tumbuh dalam lingkungan yang mendukung, tanpa harus menjadi sorotan negatif di masyarakat. (lai/saw)