Ketika Mpu Sindok, Mbah Untung dan Mbah Slagah ‘Cangkruk Ngopi’ Bahas Hari Jadi

206

“Kalau sampeyan keberatan dengan tasyakuran hari jadi kabupaten, ya ambil maulidannya saja,”

Oleh: Abdur Rozaq

Warung kopi Cak Sueb lebih ramai dari biasanya. Gelas dan lepekan sampai harus ambil dari rumah, karena terlalu banyak yang memesan kopi. Apalagi, kebiasaan umat peminum kopi di sana selalu begitu. Minum kopi segelas, bisa sampai dua hari tiga malam, karena disruput pelan-pelan seraya ngudut, main domino dan menjelek-jelekkan pemerintah. Pokoknya, jualan kopi di kota Cak Sueb harus sabar dan demokratis, seraya telaten menanti gelas kosong dikembalikan. Kalau tidak, apalagi tak mau memberi utangan kopi atau rokok eceran, siap-siap ditinggal pelanggan. Kekuatan marketing warung Cak Sueb memang hanya itu. Tak ada wifi gratis, agar semua orang tidak ngopi sambil hidup di alam maya masing-masing. Tak pakai pelarisan, apalagi janda bohai sebagai ikon warung. Makanya, warung Cak Sueb tetap menjadi idola karena lillahi ta’ala. Beberapa saingan warung Cak Sueb malah gulung tikar karena menggaet pelanggan dengan fasilitas janda bohai dan sound system gler. Bisa karaoke hingga jam 1 dini hari, bahkan transaksi yang aneh-aneh. Akhirnya, Cak Wagiono yang sedang sakit gigi dan merasa terganggu oleh suara sumbang orang berkaraoke tangah malam, berhasil memprovokasi warga. Hujan batu menimpa warung itu dan riwayatnya tamat.

Nah ngomong-ngomong, ada acara apa kok warung Cak Sueb begitu ramai? Pilkades masih baru saja, pilkada sudah tidak begitu caranya membohongi calon pemilih, karena tim sukses kapok berkali-kali dikerjai. Apa ada salah satu calon peserta pilkada yang sok akrab, ngopi di warung pinggir kali begitu? Apa ada launching situs judi online terbaru? Atau, seseorang tasyakuran karena hutang ratusan juta akibat judi online-nya lunas? Usut punya usut, ternyata Gus Karimun maulidan, sekaligus tasyakuran merayakan hari jadi Kabupaten Pasuruan. Lho, kenapa Gus Karimun ikut-ikut membantu para pejabat, sok pahlawan merayakan seremonial yang seharusnya hajat para pejabat, dengan uang pribadi?

Mahmud Wicaksono, paling tidak suka kalau ulama seperti Gus Karimun masih diriwuki. Menurut tukang cukur itu, tugas ulama ya mengawal umat dalam beberapa hal. Misalnya pamomong spiritual, penunda balak, dan jasa konseling gratis. Umat banyak yang budrek akibat pelambatan ekonomi, kalah judi online, apalagi berkali-kali mendengar berita korupsi. Lha ini gimana kok masih mendapat tugas tambahan memperingati hari jadi kabupaten dengan uang sendiri? Apa orang yang seharusnya mendapat mandat terlalu sibuk ngopi pada jam kerja?

“Ini lho kemauan saya sendiri,…” Kata Gus Karimun ketika Mahmud Wicaksono protes.

“Pertama niat maulidan, kedua tasyakuran. Masa nggak boleh?”

“Tapi kan, harus bagi tugas, gus.” Mahmud Wicaksono ngeyel, tapi sekaligus pesan mie rebus dan mengambil satu pak rokok. Gus Karimun memang mentraktir semua orang, boleh pesan apa saja secara gratis. Warung Cak Sueb sudah dibooking, kecuali orang dan warungnya.

“Kalau sampeyan keberatan dengan tasyakuran hari jadi kabupaten, ya ambil maulidannya saja,” ujar Gus Karimun memaksa.

“Kita harus bersyukur lho, mas. Alhamdulillah lahir dan tinggal di kabupaten yang penuh berkah ini. Di kabupaten kita ini, seakan-akan musibah dan huru-hara sungkan untuk masuk. Mungkin saja, ini barokah para leluhur kita saat itu. Di tempat lain sudah berkali-kali ada bencana, di kabupaten kita ya terjadi, tapi tak begitu parah. Mungkin sungkan dengan para wali dan segan dengan para pembabat alas seperti Mpu Sindok.”

“Pasuruan sendiri kan, digeser ke timur dalam rangka menghindari berbagai bencana alam saat itu, ketika masih berada di Jawa Tengah dan bernama Kalingga atau Holing. Keturunan mbah Ratu Sima yaitu Mpu Sindok, ngeman rakyatnya yang berkali-kali terimbas letusan gunung Merapi. Buyut Mpu Sindok kemudian memindah kerajaanya ke Jombang, lalu dipindah lagi ke timur. Tepatnya di sekitar desa Pulokerto, kecamatan Kraton. Dari sinilah cikal-bakal kabupaten Pasuruan ini bermula.”

“Beberapa abad kemudian, ketika kesultanan Islam mulai berdiri, salah satu trah Mbah Sunan Giri mengutus Mbah Sayyid Sulaiman mendirikan pesantren Sidogiri. Menantu sekaligus santri dan keponakan Mbah Sayyid Sholeh Semendi itu memantapkan posisi kabupaten Pasuruan yang sebelumnya tidak banyak dicatat sejarah. Meski nama Pasuruan disematkan oleh Mpu Prapanca dan ditulis dalam kitab Negara Kertagama, posisi Pasuruan hanya sebatas tanah perdikan. Dalam catatan lain jarang ditulis, seakan tak pernah ada kejadian penting di kabupaten kita ini.”

“Untungnya, nama-nama besar seperti Mbah Untung Surapati, salah satu trah Mataram yang oleh VOC dikatakan budak dari Bali, mendobrak sejarah dengan melawan VOC hingga titik darah penghabisan. Bahkan, Mbah Untung Surapati telah menjalin kerjasama dengan Mbah sayyid Arif Segoropuro untuk menggelorakan jihad.”

“Mbah Slagah, putera Mbah Syakaruddin Keboncandi sekaligus cucu Mbah Semendi, juga bahu-membahu dengan Mbah Surga Surgi mengusir penjajah dari bumi Pasuruan.”

“Di era selanjutnya, Mbah Abu Dzarrin Tugu, Grati, juga berdarah-darah melawan Gerrit Lebret, pemilik pabrik gula Kedawung yang merampasi tanah rakyat untuk ditanami tebu. Guru ghaib Syaikhona Kholil Bangkalan itu, bahkan sempat membuat pabrik gula Kedawung kolaps.”

“Belum lagi Mbah Sadiman alias Pak Sakerah yang membuat polisi penjajah Bangil kerepotan. Pentolan kumpeni seperti Marcus, Carik Rembang dan kepala polisi Bangil, dicelurit karena macam-macam dengan para kuli tebang tebu dan merampasi tanah rakyat.”

“Di akhir masa penjajahan Belanda, pesantren Sidogiri menjadi basis tentara Hizbullah dan membuat kumpeni keteteran.”

“Nah, tasyakuran kali ini, ya dalam rangka haul umum para pejuang dan leluhur yang telah berkorban bahkan nyawa untuk memerdekakan bangsa sekaligus mengangkat derajat kota santri ini.”

Orang seperti Mahmud Wicaksono memang tidak gampang percaya sebelum mendapat data ilmiah yang terpercaya. Setelah mendengar penjelasan singkat dari Gus Karimun yang memang berdasarkan penelusuran sejarah itu, Mahmud Wicaksono marem. Dan, karena semua isi warung Cak Sueb sudah diborong Gus Karimun, Mahmud Wicaksono mengambil satu pak rokok lagi buat melekan nanti malam.

*Penulis buku biografi Mbah Arif Segoropuro dan youtuber sejarah

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.